Jauhkanlah Kesombongan Dalam Diri Kita

Bismilah.... Akhi fillah jauhkanlah kesombongan dalam diri kita dengan meremehkan orang lain yang belum mengenal manhaj ahlus sunnah, jangan juga meremehkan mereka. Ingat... siapa yang lebih dahulu masuk Islam Bilal atau Umar bin Khattab radhiyallahu’anhuma? Tentu bilal, namun manakah yang lebih utama umar atau Bilal? Tentu kita sepakat Umar lebih utama. Ingat Khalid bin Walid, Abu Sufyan, dan ‘Amr bin ‘Ash radhiyallahu’anhum mereka adalah dahulunya gembong-gembong musyrikin yang menentang dakwah namun dengan hidayah dari Allah Ta’ala mereka pun masuk Islam.

Oleh karena itu semakin sering kita ngaji justeru menjadikan kita banyak tawadhu’ dan tidak menyombongkan diri dihadapan makhluk. Kita juga harusnya kasihan melihat orang yang belum dapat hidayah, karena kalau bukan karena hidayah Allah juga barang kali kita juga tidak beda jauh dengan mereka atau bahkan lebih buruk lagi. Namun, bukan berarti kita tidak boleh memberikan nasehat dan arahan, dikarenakan nasehat dan arahan adalah tanggung jawab moral kita kepada sesama kaum muslimin agar mereka mendapatkan petunjuk. Namun perlu dicamkan, tatkala kita memberikan nasehat kepada saudara kita haruslah tertanam dalam diri kita bahwa kita tidak lebih suci dari dirinya.

Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan,
“Salah satu tanda kebahagiaan dan kesuksesan adalah tatkala seorang hamba semakin bertambah ilmunya maka semakin bertambah pula sikap tawadhu’ dan kasih sayangnya. Dan semakin bertambah amalnya maka semakin meningkat pula rasa takut dan waspadanya. Setiap kali bertambah usianya maka semakin berkuranglah ketamakan nafsunya.

Setiap kali bertambah hartanya maka bertambahlah kedermawanan dan kemauannya untuk membantu sesama. Dan setiap kali bertambah tinggi kedudukan dan posisinya maka semakin dekat pula dia dengan manusia dan berusaha untuk menunaikan berbagai kebutuhan mereka serta bersikap rendah hati kepada mereka.”

Beliau melanjutkan,
“Dan tanda kebinasaan yaitu tatkala semakin bertambah ilmunya maka bertambahlah kesombongan dan kecongkakannya. Dan setiap kali bertambah amalnya maka bertambahlah keangkuhannya, dia semakin meremehkan manusia dan terlalu bersangka baik kepada dirinya sendiri. Semakin bertambah umurnya maka bertambahlah ketamakannya. Setiap kali bertambah banyak hartanya maka dia semakin pelit dan tidak mau membantu sesama. Dan setiap kali meningkat kedudukan dan derajatnya maka bertambahlah kesombongan dan kecongkakan dirinya.

Ini semua adalah ujian dan cobaan dari Allah untuk menguji hamba-hamba-Nya. Sehingga akan berbahagialah sebagian kelompok, dan sebagian kelompok yang lain akan binasa. Begitu pula halnya dengan kemuliaan-kemuliaan yang ada seperti kekuasaan, pemerintahan, dan harta benda. Allah ta’ala menceritakan ucapan Sulaiman tatkala melihat singgasana Ratu Balqis sudah berada di sisinya (yang artinya), “Ini adalah karunia dari Rabb-ku untuk menguji diriku. Apakah aku bisa bersyukur ataukah justru kufur.” (QS. An Naml : 40).” (Al Fawa’id, hal. 149).

By: Ustadz Hizbul Majid Al-Jawi

Postingan terkait: