SIKAP IBUKU SAAT AKU UCAPKAN SELAMAT HARI IBU

Dulu saat aku masih di Sekolah Dasar, di tanggal 22 Desember pagi, kuucapkan untuk Mamaku: "Selamat Hari Ibu, Mamaku sayang!"

Apa reaksi Mamaku?

Dengan lembut aku dipeluk, lalu dia berkata:
"(1) Tidak ada Hari Ibu dalam Islam. Sekiranya dalam Islam ada Hari Ibu, maka 10 Dzulhijjah-lah Hari Ibu, bukan 22 Desember. Hari dari hasil seorang ibu, Hajar yg telah berjuang seorang diri membesarkan & mendidik anaknya Ismail yg kelak dipersembahkan oleh ayahnya Ibrahim sebagai qurban di kala الله meminta. Tetapi الله & Rasul-Nya tak mensyari'atkan hari itu sebagai Hari Ibu.

(2) Bagi Mamamu, tiada Hari Ibu. Semua hari adalah hari bagi seorang ibu, bekerja keras untuk mengemban amanah dari الله, yaitu anak²nya. Setiap hari Mamamu berjuang agar beban amanah yg berat ini kelak ringan di hadapan الله pada Hari Kiamat. Karena kalian tak pernah ingin menjadi anak²ku, tetapi akulah yg meminta kepada الله untuk menjadi ibu kalian. Karena itu, di Hari Kiamat, Mamamu akan dimintai pertanggungjawaban tentang kalian anak²ku, sebelum الله meminta pertanggungjawaban dari kalian tentang Mama kalian ini.

(3) Rahim Mamamu bukanlah rahimnya Hajjar yg melahirkan Nabi Isma'il & Sarah yg melahirkan Nabi Ishaq عليه السلام. Bukanlah pula Maryam yg dari rahimnya lahir 'Isa عليه السلام. Tetapi Mamamu masih bisa berharap: "dari rahimku ini lahir pewaris para Nabi, kalau tak semuanya, satupun cukup".

(4) Nabi Ibrahim عليه السلام do'anya mustajab, tapi tak bisa memohon ampun untuk ibunya. Semoga Mamamu adalah ibu yg beruntung karena tak bisa melahirkan seorang Nabi, tetapi cukup satu anak shalih, bisa mendoakanku."

Wahai para ibu, sudahkan anda punya harapan seperti Mamaku?

Wahai anak² para ibu, sudahkah engkau menjadi anak seperti harapan ibuku bagi ibumu?

By: Ustadz Salim Yahya Qibas

Postingan terkait: