Pernahkah anda mendengar ceramah seorang ustadz atau muballigh yang begitu bagus, hingga anda menangis tersedu sedu karenanya?
Atau bahkan, pernahkah anda menghadiri satu acara pengajian lalu seorang muballigh yang begitu menyentuh hati, penceramahnya menangis sesenggukan dan akhirnya anda dan juga mayoritas pendengar hanyut dalam lautan isakan tangis?
Sobat! Izinkah saya bertanya kepada anda, apakah sejatinya yang menyebabkan anda menangis ?
Benarkah anda menangis karena anda memahami makna ayat dan hadits yang dibacakan? Ataukah anda menangis karena terbawa oleh merdunya suara sang qori'?
Benarkah anda menangis karena anda takut kepada ancaman Allah yang termuat pada ayat ayat yang anda dengar atau anda rindu kepada surga yang tergambar pada ayat ayat tersebut?
Bukankah sebelumnya anda telah membaca dan mendengar ayat ayat yang sama namun mengapa anda tidak menangis? Ayat ayat tersebut berlalu begitu saja seakan tidak ada apa apa?
Mungkinkah anda menangis hanya karena hanyut dalam suasana haru, alias karena muballighnya menangis, dan orang di sekitar anda menangis, akhirnya andapun terharu dan turut menangis?
Sobatku! Sekali lagi, izinkan saya kembali bertanya: tahukah anda bahwa para penggemar musik ketika menghadiri konser penyanyi yang mereka idolakan juga banyak yang menangis terharu?
Sobat! Bila anda menyadari bahwa ternyata yang menjadikan anda menangis hanyalah merdunya suara, maka tangisan anda ini pantas untuk anda tangisi dan sesali, karena ternyata tangisan anda menyerupai tangisan penggemar musik.
Adapun tangisan orang orang yang beriman ialah tangisan karena memahami kandungan ayat ayat yang ia baca atau ia dengar, sehingga mereka menangis walaupun suara yang membacanya blero alias tidak merdu. Allah Ta'ala berfirman:
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ آيَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَانًا وَعَلَىٰ رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ
Sejatinya orang orang yang beriman ialah mereka yang bila dibacakan kepada mereka ayat ayat-Nya, mereka bertambah iman dan hanya kepada Tuhannya mereka bertawakkal. (Al Anfal 2)
Oleh: Ustadz Dr Muhammad Arifin Badri