Mereka berhenti di setiap gang, bahkan di depan setiap rumah menawarkan dagangannya. Sayur, sayur, bumbu bumbu, daging daging, atau belanja buk? Bahkan dagangannya digelayutkan di kendaraan mereka, seakan tanpa rasa kawatir ada yang mencuri atau paling kurang terjatuh.
Demikian teriak para pedagang sayuran keliling. Mereka optimis setiap rumah yang mereka lalui berpotensi untuk membeli dagangannya, karena itu mereka menawarkan dagangannya kepada semua orang.
Kondisi yang sangat berbeda dengan penjual emas atau bahkan intan berlian. Sebatas yang saya ketahui belum ada pedagang emas atau berlian keliling yang menawarkan dagangannya dari rumah ke rumah.
Biasanya mereka memasarkan dagangannya dengan cara membuka toko yang didesain mewah dan penuh dengan fasilitas pengamanan yang ketat, CC TV, teralis besi, satpam dan lainnya.
Saudaraku, saya yakin anda memaklumi dan dapat menerima perbedaan antara penjual sayuran dari penjual emas dan intan berlian, walaupun tujuan mereka sama yaitu mencari keuntungan.
Barang kali anda akan berkata: nilai barang dagangannya yang membedakan, dan tentunya juga konsumennya. Emas dan intan berlian bernilai super mahal, dan konsumennya juga terbatas.
Saya yakin anda akan curiga dan was was bila diminta membeli emas atau intan berlian dari pedagang keliling. Namun sebaliknya anda ketakutan untuk belanja sayuran di toko yang didesain mewah dengan pengaman maksimal seperti yang ada di toko emas.
Kemurnian emas menjadi salah satu hal yang anda perhatikan, karena anda pasti enggan untuk tertipu atau merugi gara gara membeli emas SEKARAT dengan harga emas 24 karat.
Saudaraku! Perbedaan semacam di atas sejatinya dapat menjadi pembelajaran bagi kita bahwa sikap atau metode dapat dan bahkan sepatutnya dibedakan selaras dengan perbedaan jenis amalan dan obyek amalan kita.
Bila perbedaan obyek jual beli anda mengharuskan anda menerima perbedaan seperti tergambar di atas, tentu sikap serupa sepatutnya anda lakukan pada urusan agama dan dunia anda.
Betapa banyak ummat Islam yang menyikapi urusan agama seperti sikapnya terhadap urusan dunianya. Betapa sering kita menjadikan logika, budaya dan perasaan (kepuasan pribadinya) menjadi standar kebenaran dalam urusan agama sebagaimana halnya dalam urusan dunia.
Seharusnya dalam urusan agama, kita memiliki kehati hatian melebihi kehati hatian kita ketika membeli emas atau intan berlian. Kemurnian agama seperti yang diajarkan oleh Nabi shalallahu alaihi wa sallam menjadi salah satu pertimbangan utama sebagaimana halnya yang anda lakukan ketika membeli emas atau intan berlian.
مَنْ عَمِلَ عَمَلًا لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ
Barang siapa mengamalkan satu amalan yang tiada contohnya dari kami niscaya amalannya itu tertolak. (Bukhary)
Sahabatku! Betapa meruginya diri anda bila beramal dengan semangat besar ternyata amalan anda telah tercampuri oleh hal hal yang tidak pernah diajarkan oleh Nabi shallallahu alaihi wa sallam, sebagaimana anda merugi bila membeli emas SEKARAT seharga emas 24 Karat.
Oleh: Ustadz Dr Muhammad Arifin Badri