Bila kita hari hari ini sibuk mengasah pisau untuk menyembelih hewan ternak dan memotong dagingnya, namun mereka sibuk membidikkan senapan dan senjatanya ke perkampungan ummat Islam.
Saudaraku! Masihkah anda dapat menikmati daging hewan korban anda, sedangkan di sisi lain dari bumi Allah, saudara kita terus bersimbah darah dan meregang nyawa?
Sampai kapankah anda dan tentunya juga saya hanya mampu menajamkan pisau sembelihan . Sungguh pilu dan memilukan kondisi yang sedang melilit kita; ummat Islam.
Saudaraku! Namun demkian, mungkinkah pisau kita bisa tajam dan senjata kita dapat kita arahkan kepada musuh musuh Allah, bila ternyata hati kita tumpul bila memandang orang kafir dan tajam bila memandang saudara sendiri sesama ummat Islam?
Mungkinkah kita bernyali untuk mengobarkan perlawanan fisik, bila ternyata mental, idiologi dan perilaku musuh-musuh Allah terus melekat pada diri kita?
Sobat! Sadarilah bahwa perjuangan dan perlawanan akan bermanfaat bila diawali dari perlawanan batin dengan membangun iman dan dilanjutkan dengan perlawanan lainnya.
Adapun bila yang kita lakukan sebaliknya, berteriak dan bergerak namun batinnya tidur nyenyak, pikiran hanyut dalam buaian budaya musuh, tentu semuanya akan sia-sia.
Simaklah resep manjur perjuangan yang diramukan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagaimana tergambar pada hadits berikut ini:
يُوشِكُ الأُمَمُ أَنْ تَدَاعَى عَلَيْكُمْ كَمَا تَدَاعَى الأَكَلَةُ إِلَى قَصْعَتِهَا ». فَقَالَ قَائِلٌ وَمِنْ قِلَّةٍ نَحْنُ يَوْمَئِذٍ قَالَ « بَلْ أَنْتُمْ يَوْمَئِذٍ كَثِيرٌ وَلَكِنَّكُمْ غُثَاءٌ كَغُثَاءِ السَّيْلِ وَلَيَنْزِعَنَّ اللَّهُ مِنْ صُدُورِ عَدُوِّكُمُ الْمَهَابَةَ مِنْكُمْ وَلَيَقْذِفَنَّ اللَّهُ فِى قُلُوبِكُمُ الْوَهَنَ ». فَقَالَ قَائِلٌ يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَا الْوَهَنُ قَالَ « حُبُّ الدُّنْيَا وَكَرَاهِيَةُ الْمَوْتِ ».
Tidak lama lagi ummat-ummat lain akan berlomba lomba untuk mancabik cabik kalian bagaikan para penyantap hidangan yang sedang menikmati hidangannya. Spontan seorang sahabat bertanya: apakah semua itu terjadi karena kita berjumlah kecil kala itu? Rasulullah menjawab: Bahkan sebaliknya, kalian kala itu berjumlah banyak, akan tetapi kalian tidak ada nilai/bobotnya bagaikan buih yang dibawa hanyut oleh banjir. Dan sungguh Allah benar-benar telah menghilangkan rasa takut kepada kalian dari dada musuh-musuh kalian. Sebagaimana Allah juga mencampakkan penyakit al wahanu ke dalam jiwa kalian. Lagi-lagi ada seseorang yang bertanya: Wahai Rasulullah, apakah yang dimaksud dengan al wahanu? Beliau menjawab: cinta kepada urusan dunia dan benci/takut akan kematian. (Abu Dawud dll).
Marilah, sobat momentum Iedul Adhha ini kita jadikan sebagai kilas balik bagi diri kita asah iman kita agar lebih tajam dibanding pisau sembelihan yang kita gunakan untuk menyebelih hewan kurban kita. Tidakkah kita ingat bagaimana iman dan semangat Nabi Ibrahim ‘alaihissalaam yang begitu kuat sehingga beliau mampu mengorbankan segala sesuatu demi tegaknya agama Allah. Sampaipun ketika diperintahkan untuk mengorbankan putra kesayangannya, yaitu Nabi Ismail alaihissalam, tanpa ragu sedikitpun beliau menjalankan perintah itu. Ini adalah salah satu hikmah yang semestinya kita petik dari semarak perayaan Iedul Adhha dan penyembelihan hewan kurban.
Sudahkah anda menyadari dan berusaha menanamkan semangat tersebut dalam diri anda dan juga dalam diri keluarga anda?
Oleh: Ustadz Dr Muhammad Arifin Badri
Belum ada tanggapan untuk "Anda Mengorbankan Sapi Sedangkan Mereka Mengorbankan Saudara Kita"
Catat Ulasan