Suatu hari di pejalanan pulang dari SOLO ke SURABAYA dengan kereta SANCAKA SORE, saya duduk di sebelah seorang nasrani. Setelah duduk, saya segera menyapa bapak tersebut. Betapa terkejutnya dia, disapa oleh seorang laki laki berjenggot celana cingkrang.
Saya berusaha terus ngobrol dengannya, hingga akhirnya suasana pembicaraan benar benar cair dan ia mengaku bahwa ia beragama nasrani. Pembicaraan kami berdua berlangsung sejak dari stasiun balapan solo dan baru berakhir di stasiun Gubeng surabaya.
Banyak hal yang kami bicarakan dan tentunya masalah agama dan idiologi. Diantara yang ia sampai kepada saya adalah keterkejutan dirinya disapa oleh lelaki berjenggot dan celana cingkrang.
Dan sayapun menjelaskan bahwa agama Islam mengajarkan ummatnya untuk berbuat baik kepada siapapun bahkan kepada hewan. Islam merestui ummatnya berbuat baik kepada orang kafir asalkan orang kafir itu tidak meremehkan atau melecehkan agama Islam, apalagi sampai memusuhinya. Saya ramah dengan bapak semacam ini asalkan bapak tudak menyingguh keyakinan saya.
Diantara hal yang ia sampaikan kepada saya; adalah kekecewaannya kepada masyarakat Bali yang menyembah patung bahkan benda atau makhluk hina semisal ular dan lainnya. Menurutnya perilaku itu tidak masuk akal dan bertentangan dengan kodrat atau akal sehat manusia.
Mendengar ucapan tersebut, saya merasa mendapat kesempatan untuk mendakwahinya. Segera saya menimpali ucapan bapak itu dengan berkata: benar pak, karena itulah saya enggan untuk pergi ke bali, walaupun sudah beberapa kali diundang untuk menyampaikan dakwah di sana.
Perilaku merek benar benar tidak masuk di akal, masak tuhan berupa benda mati, makhluk yang hina seperti sapi, ular dan yang serupa. Bukankah hewan hewan seperti sapi bisa mati dan DIBUNUH? Masukkah di akal tuhan bisa DIBUNUH oleh manusia? Lalu bila tuhannya bisa dibunuh dan mati lalu siapa yang LEBIH PANTAS MENJADI TUHAN yang membunuh atau yang dibunuh?
Ucapan saya ini bertujuan MENYISIPKAN pesan kepada bapak tersebut, bahwa tuhan kok bisa mati bahkan dibunuh? Pesan ini kembali saya tekankan ketika pembicaraan melebar hingga sampai pada tema teroris. Saya katakan kepada bapak tersebut: Pak, Islam tidak mengajarkan tindak anarkis atau sembarangan membunuh orang hanya karena berbeda agama atau leyakinan.
Dahulu nabi kami Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam di madinah juga bermasyarakat dengan orang orang Yahudi. Namun demikian saya sadar bahwa tuduhan Islam mengajarkan terorisme adalah persepsi dan pendapat orang yang benci dan tidak kenal Islam, sehingga siapapun tidak mungkin bisa memaksakan mereka unuk berhenti membuat opini atau tuduhan tuduhan semacam itu.
Sejatinya bila kita pikirkan dengan baik, Kita semua harus sadar bahwa perilaku ekstrim dan anarkis seperti yang dituduhkan kepada Islam sejatinya telah terjadi sepanjang sejarah ummat manusia.
Kisah Habil dan Qabil menjadi salah satu buktinya. Bahkan tuhan yang bapak yakini yaitu Yesus, juga MENJADI KORBAN tindak anarkis. Tuhan bapak dimusuhi bahkan DIBUNUH dengan cara keji, disalib. Hingga saat ini ummat nasrani meratapi PEMBANTAIAN tuhan mereka yang dilakukan oleh ummat Yahudi.
Bila Yesus yang menurut bapak adalah TUHAN sedangkan menurut kami adalah seorang NABI saja tidak selamat dari tindak ekstrim dan anarkis, apalagi manusia biasa seperti kita ini.
Semoga pesan yang saya sisipkan dalam ingatan bapak di atas dapat membuka pintu hidayah dalam hatinya. Amiin.
Oleh: Ustadz Dr Muhammad Arifin Badri
Belum ada tanggapan untuk "Ngobrol Dengan Seorang Nasrani"
Catat Ulasan