Aku mulai lupa dengan bacaan dzikir pagi dan sore, karena telah lama aku tidak membacanya.
Shalat sunat "rowatib" (yang dilakukan sebelum dan sesudah shalat wajib) telah kuabaikan, tidak tersisa kecuali shalat sunat fajar, itu pun tidak setiap hari.
Tidak ada lagi bacaan Alquran secara rutin, tidak ada lagi malam yang dihidupkan dengan shalat, dan tidak ada lagi siang yang dihiasi dengan puasa.
Sedekah, seringkali dihentikan oleh kebakhilan, keraguan, dan kecurigaan... berdalih dengan sikap hati-hati, harus ada cadangan uang, dan puluhan bisikan setan lainnya.
Jika pun sedekah itu keluar dari saku, nominalnya sedikit dan setelah ditunda-tunda.
Satu dua hari, atau bahkan sepekan berlalu, tanpa ada kegiatan membaca kitab yang sungguh-sungguh.
Seringkali sebuah majlis berakhir dan orang-orangnya bubar, mereka telah makan sepenuh perut dan tertawa sepenuh mulut, bahkan mungkin mereka telah makan daging bangkai si A dan si B, serta saling tukar info tentang harga barang dan mobil... Tapi, mereka tidak saling mengingatkan tentang satu ayat, atau hadits, atau faedah ilmu, atau bahkan doa kaffarotul majlis.
Inilah fenomena zuhud dalam sunnah, berluas-luasan dalam perkara mubah, dan menyepelekan hal yang diharamkan.
Sholat dhuha dan witir sekali dalam sepekan.
Berangkat awal waktu ke jumatan dan sholat jamaah; jarang sekali, bahkan hampir tidak pernah.
Berlebihan dalam makanan, pakaian, dan kendaraan... tanpa rasa syukur.
Musik selingan dlm tayangan berita dan tayangan dokumenter menjadi hal yang biasa.
Orang seperti ini apa mungkin memberikan pengaruh di masyarakatnya, sedang pada diri dan keluarganya saja tidak.
Orang seperti ini, apa pantas disebut pembawa perubahan, ataukah yang terbawa arus lingkungan?
Pantasnya, dia disebut penelur prestasi atau penikmat produksi?
Maka, hendaknya kita koreksi diri masing-masing... semoga Allah mengampuni keteledoran kita selama ini.
Sebagian ulama mengatakan:
"Tidaklah kepercayaan masyarakat terhadap sebagian penuntut ilmu menjadi goncang, melainkan saat melihat mereka di shaff terakhir melengkapi rekaat shalatnya yang tertinggal".
Semoga Allah merahmati orang yang mengingatkan kita dengan pesan ini.
[Terjemahan dari status berbahasa arab dengan sedikit penyesuaian].
Oleh: Ustadz Musyaffa' ad Dariny
Langgan:
Catat Ulasan (Atom)
Astagfirullah
BalasPadam