Nina bobo oh nina bobo, kalau tidak bobo digigit nyamuk.

Senandung “kuno” ini sering dinyanyikan oleh ibu ibu disaat menidurkan putranya yang masih kecil. Senandung ini terus mereka nyanyikan tanpa sedikitpun ada rasa sungkan atau risih, atau kawatir, seolah-oleh nyanyian itu adalah salah satu prosedur formal menidurkan anak kecil.

Namun demikian, sobatku sekalian! Pernahkah anda berpikir: kira-kira apa respon dan perasaan anak anda bila mengetahui bahwa nyamuk lebih leluasa untuk beraksi mengisap darah ketika ia telah terlelap tidur?

Tidakkah anda kawatir bahwa tanpa disadari, dan secara terus menerus anda menanamkan kebiasan buruk, yaitu berdusta atau bahkan pembodohan kepada anak anda sendiri?

Tidakkah anda kawatir bila perilaku serupa di kemudian hari akan mereka lakukan kepada anda, setelah mereka pandai merangkai sendiri senandung yang serupa?

Bila dulu anda berdusta dengan nina bobok, karena anak anda belum mengenal nyamuk, maka bisa jadi besok, anak anda berdusta dalam urusan lain yang tidak atau belum anda ketahui ? Bukankah anda menyadari bahwa di zaman ini dan saat ini anak-anak anda lebih menguasai tentang tekhnologi dan alat komunikasi? Sangat memungkinkan kini mereka melakukan hal serupa “ibu bobok oh ibu bobok, kalau tidak bobok digigit nyamuk”. Tenang saja ibu, jangan kawatir, aku ada acara kuliah sore, praktikum LAB, PKL, ambil sampel, dll, padahal nyatanya pergi bersama pacar.

(رَبَّنَاهَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا)

Wahai Tuhan kami, anugrahkan kepada kami istri-istri dan anak keturunan kami sebagai penyejuk hati kami, dan jadikanlah kami sebagai pemimpin bagi orang-orang yang beriman.

Oleh: Ustadz Dr Muhammad Arifin Badri

Postingan terkait: