Disadari atau tidak, kita ini orang Indonesia, dan bahasa ibu kita adalah bahasa Indonesia. Adapun, kita tertuntut untuk mempelajari bahasa Arab itu semata karena ia merupakan bahasa agama kita sekaligus identitas syar'i sebagai seorang muslim.
Menyadari bahwa bahasa Arab bukan merupakan bahasa asli kita sebagai warga Indonesia, bukan pula bahasa keseharian secara 'urf (kebiasaan) umum; maka mau tidak mau, kita harus mengenali kebiasaan tata bahasa serta ungkapan dalam lughah 'arabiyyah. Hal ini sangat diperlukan terutama terkait dengan cara penerjemahan yang baik dan benar, minimal jangan sampai terjadi kesalahan yang fatal, yang berimbas pada munculnya pemahaman yang tidak semestinya.
Tidak bisa kita cukup mengandalkan kepercayaan diri: "Saya sudah khatam sekian banyak kitab nahwu" , "Saya sudah menguasai jutaan mufrodat" ; kemudian tidak mau menengok lebih dalam tentang uslub dan 'urf berbahasa Arab yang sepatutnya. Banyaknya kitab nahwu serta mufrodat yang dikuasai tidak menjadi jaminan selamatnya penerjemahan bahasa Arab.
Salah satu cara kita bisa mengenali kebiasaan tata bahasa dan ungkapan Arab adalah dengan banyak membaca serta menelaah kitab-kitab para Ulama. Kita cermati bagaimana cara mereka membuat ungkapan dalam berbahasa Arab. Dari situ, kita bisa mengambil banyak sekali contoh dan pelajaran dalam berbahasa.
Misal:
Terkait kata "ASHLUN".
Lafazh "Ashlun" memang bisa bermakna "asal" , bisa juga bermakna "pokok, inti, dasar, asas".
Namun, dalam aplikasinya, kapankah "Ashlun" diartikan asal dan kapankah diartikan pokok, inti, dasar, asas?
Kita bisa mengerti hal ini dengan membaca kitab-kitab para Ulama dan mempelajari gaya ungkapan mereka dalam berbahasa.
* Makna "asal" biasanya menggunakan ungkapan "FIL ASHLI".
Contoh:
Perkataan seorang Ahli Fiqih:
"Al-Isbaalu huwa haroomun fil ashli".
Artinya:
Isbal itu haram secara (hukum) asal.
* Makna "pokok, inti, dasar, asas" biasanya memakai ungkapan "MINAL USHUULI" atau "ASHLUN MINAL USHUULI"
Contoh:
"Al-Iimaanu bil qodari minal ushuuli fid diin".
Artinya:
Iman terhadap taqdir termasuk perkara ushul (pokok, inti, dasar, asas dalam agama).
"Al-Iimaanu bi'adzaabil qobri ashlun minal ushuuli".
Artinya:
Iman terhadap adzab kubur adalah satu ushul dari banyak ushul agama.
-> Atau ungkapan lain yang tidak jauh-jauh amat dari ungkapan tersebut.
Yang jelas, ungkapan "Al-Isbaalu huwa haroomun fil ashli" tidak tepat jika diartikan "fil ashli" di sini dengan makna yang kedua, yaitu pokok, inti, dasar, asas, atau ushul karena kurang sesuai dengan 'urf tata bahasa dan ungkapan Ulama dalam berbahasa Arab.
Demikian, semoga bermanfaat.
Barakallahu fiikum.
Oleh: Akh Ammi Aac
Belum ada tanggapan untuk "MENGENAL KEBIASAAN TATA BAHASA DAN UNGKAPAN ARAB"
Catat Ulasan