Ya Allah, dengan menyebut nama-Mu, mudahkanlah kami dan bantulah kami,
Saat ini saya berbicara dengan kalangan akademisi. Orang yang sedang menjalani fase hidup dengan penuh idealisme dan obsesi. Para mahasiswa yang mengemban tugas belajar di dunia kampus dengan segudang cita-cita dan harapan. Semga yang sedikit ini bermanfaat.
Kita sepakat semua manusia memiliki cita-cita yang sama. Saya, anda, mereka, semua berkeinginan untuk menjadi orang yang sukses. Karena kita semua yakin, hanya dengan kata sukses inilah kita bisa menjadi orang yang bahagia.
Dalam bahasa arab, kata sukses diungkapkan dengan kata falah [arab: فلاح]. Terdiri dari tiga huruf dasar, fa, lam, dan ha. Kata para ahli lughah, tidak ada ungkapan untuk menggambarkan puncak kesuksesan, selain kata falah. Karena kata ini bermakna keabadian dalam mendapatkan segala yang diinginkan dan dihindarkan dari segala yang tidak diinginkan. (Lisan al-Arab, 2/547)
Namun inti kajian kita bukan di sini. Kita tidak sedang belajar bahasa. Kajian kita, bagaimana memaknai kesuksesan itu dengan benar.
Bagi kebanyakan orang, manusia disebut sukses ketika cita-cita dan harapannya terwujud. Tapi apa yang bisa anda bayangkan, ketika cita-cita manusia itu selalu berkembang. Dan bagian dari tabiat nafsu, dia selalu mengharap lebih banyak dari pada apa yang telah didapatkan. Dengan kenyataan ini, manusia tidak akan pernah berhenti mengejar cita-citanya. Dia akan terus mengejar tambahan dan tambahan, hingga mulutnya disumpal dengan tanah.
Dari Ibnu Abbas, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
لَوْ كَانَ لِابْنِ آدَمَ وَادِيَانِ مِنْ مَالٍ لاَبْتَغَى ثَالِثًا، وَلاَ يَمْلَأُ جَوْفَ ابْنِ آدَمَ إِلَّا التُّرَابُ
Andai bani Adam memiliki dua lembah penuh dengan harta, niscaya dia akan mencari lembah yang ketiga. Dan tidak ada yang bisa memenuhi perut bani Adam selain tanah. (Bukhari 6436 & Muslim 1048)
Anda cerdas, IPK cumlaude, jadi asdos, dapat duit proyek, beasiswa, anda tidak akan menyangka itu cukup untuk mengcover semua keinginan anda.
Jika ini yang menjadi standar sukses anda, berarti anda terjebak dalam kesuksesan ala hawa nafsu, yang ini Allah berikan kepada siapa saja, termasuk orang kafir sekalipun.
Dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
وَإِنَّ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ يُعْطِي الدُّنْيَا مَنْ يُحِبُّ وَمَنْ لَا يُحِبُّ، وَلَا يُعْطِي الدِّينَ إِلَّا لِمَنْ أَحَبَّ
Sesungguhnya Allah memberikan dunia kepada orang yang Dia cintai dan orang yang tidak Dia cintai. Dan Allah tidak akan memberikan pemahaman agama kecuali kepada orang yang Dia cintai. (HR. Ahmad 3672)
Harapan Ortu Sejak Lahir
Dulu, waktu kita diaqiqahi, orang tua kita tidak lupa menuliskan harapan untuk anaknya di secarik kertas, ‘semoga menjadi anak yang soleh – solehah, berguna bagi orang tua, agama dan masyarakat.’ masyaaAllah, semenjak bayi, ortu menitipkan sebuah amanah yang luar biasa. Ortu berharap kita menjadi manusia yang serba guna. Bahkan terkadang ditambah, berguna bagi nusa dan bangsa. Rasa-rasanya, hanya akan menjadi angan-angan kosong. Tapi intinya, orang tua kita menghendaki agar kita menjadi pribadi yang bermanfaat.
Kita kembali pada kata sukses. Cerdas, IPK tinggi, disayang dosen, jadi asdos, sering dapat proyek, memang sebuah kelebihan. Tapi anda bisa pastikan, seberapa besar manfaat kelebihn itu, ketika tidak dikendalikan. Bisa jadi hanya anda yang mendapatkannya, sementara orang lain hanya bisa melihat.
Islam menghargai semua kelebihan manusia, namun kelebihan itu baru ternilai, ketika pemiliknya paham ilmu agama. Karena hanya dengan modal paham aturan agama, dia bisa mengendalikan segala kelebihannya dengan benar, sehingga manfaatnya lebih luas. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
النَّاسُ مَعَادِنُ، خِيَارُهُمْ فِي الجَاهِلِيَّةِ خِيَارُهُمْ فِي الإِسْلاَمِ، إِذَا فَقُهُوا
Manusia adalah barang tambang. Manusia terbaik di zaman jahiliyah dia juga yang terbaik setelah masuk islam, apabila dia paham agama. (HR. Bukhari 3383 & Muslim 2526)
Barang tambang beraneka ragam tingkatannya, ada emas, perak, nikel, besi, bahkan kerikil. Masing-masing memiliki nilai yang jauh berbeda sesuai kelebihannya. Rasulullah memisalkannya sebagaimana manusia, masing-masing memiliki nilai yang berbeda sesuai tingkat kelebihannya. Namun semua itu baru memiliki arti, ketika dia paham agama.
Ngaji Sambil Kuliah
Saya tidak tahu, mana ungkapan yang lebih tepat, ngaji sambil kuliah ataukah kuliah sambil ngaji.? Apapun itu, kita berharap bisa seperti yang disebutkan dalam hadis Abu Hurairah di atas. Anda yang saat ini sedang kuliah, memiliki setahap keunggulan lebih maju dibandingkan mereka yang putus belajar hingga SMA. Anda berpeluang menjadi sarjana atau gelar D3 yang memiliki keahlian lebih. Anda tentu berharap semua keunggulan yang anda miliki lebih berarti.
Selama rentang 3 atau 4 tahun di dunia kampus, tentu tidak mungkin habis hanya untuk belajar di bangku kuliah. Anda akan memiliki sejuta kegiatan, yang menuntut anda untuk cerdas dalam menentukan prioritas. Hati-hati dengan komunitas, sebagian besar mahasiswa rusak karena salah komunitas.
Selanjutnya, manfaatkan usia belajar ilmu, untuk memahami islam, menghafal al-Quran, hadis, sekaligus memahami maknanya dengan benar. Jika anda bisa mengatur waktu dengan tepat, kajian islam sama sekali tidak akan mengganggu aktivitas akademik di kampus.
Di saat itulah, anda bisa berharap untuk menjadi manusia yang bermanfaat bagi keluarga dan masyarakat.
أحب الناس إلى الله أنفعهم للناس
”Manusia yang paling dicintai Allah, adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya.” (at-Thabrani dalam as-Shaghir, 862 – majma’ zawaid 13708)
Untuk mewujudkan harapan besar orang tua sejak kita dilahirkan, menjadi manusia serba guna.
Allahu a’lam
Oleh: Ustadz Abu Yahya Ammi Baits
Belum ada tanggapan untuk "Untuk Para Mahasiswa atau Mantan Mahasiswa Change your style!"
Catat Ulasan