Wisata Kuliner

Akhir akhir ini, sebutan wisata semakin beraneka ragam, diantaranya ialah wisata kuliner. Bepergian jauh, hanya untuk memuaskan selera makan dan mencoba berbagai menu dan masakan baru dan tentunya lezat.

Bukan hanya mencoba atau mencicipi, namun benar benar memuaskan dan melampiaskan seluruh selera makannya. Bahkan bukan hanya puas, bahkan sebagian orang benar benar memenuhi seluruh kantong perutnya hingga seluruh angin di lambungnya terusir, alias hingga gelegean (huuugh).

Saya tidak tahu, siapakah yang pertama kali mengenalkan wisata kuliner.

Bagi sebagian orang, wisata ini telah menjadi hobi dan kegiatan rutin yang dilakukan bersama keluarganya dan bahkan bersama rombongan besar di setiap akhir pekan. Setiap saat mereka merencanakan dan mengejar berbagai informasi tentang pusat pusat jajanan atau makanan lezat. Seakan akan mereka bekerja sepekan penuh atau sebulan penuh agar dapat makan alias hidupnya seakan untuk makan, padahal sejatinya kita makan agar bisa bertahan hidup.

Bagi mereka, acara ini tentu saja mengasyikkan dan menyenangkan, dan patut dipropagandakan. Padahal acara semacam ini sepatutnya diwaspadai, karena kurang sejalan dengan adab dan tujuan hidup orang orang yang beriman. Allah Taala berfirman:

وَالَّذِينَ كَفَرُوا يَتَمَتَّعُونَ وَيَأْكُلُونَ كَمَا تَأْكُلُ الْأَنْعَامُ وَالنَّارُ مَثْوًى لَّهُمْ

Sedangkan orang orang kafir mereka bersenang senang dan melampiaskan selera makan mereka sebagaimana hewan ternak menuruti hasrat makannya, dan nerakalah tempat kembali mereka. (Muhammad 12)

Oleh: Ustadz Dr Muhammad Arifin Badri

Postingan terkait:

Belum ada tanggapan untuk "Wisata Kuliner"

Catat Ulasan