Emang Kamu Lebih Pintar Dari Kyai Ini dan Ustadz Itu?!

Inilah komentar yang selalu kita dengar, saat kita menyelisihi adat dan pendapat yang menyelisihi Sunnah Nabi -shollallohu alaihi wasallam-.

Mari kita simak jawaban Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah -rohimahulloh- tentang komentar ini:

Jika dikatakan kepada orang yang mengajak kepada hidayah dan petunjuk: "Kamu yang lebih ALIM ataukah Imam Fulan?!", maka ini adalah bantahan yang salah, karena Imam Fulan dalam masalah ini telah diselisihi oleh imam-imam lain yang sederajat dengannya.

Memang aku tidak lebih alim dari imam ini dan imam itu, akan tetapi kedudukan mereka di sisi imam-imam yang lain, seperti kedudukan Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali, Ibnu Mas'ud, dll di sisi imam-imam yang lain... Jadi sebagaimana para sahabat satu dengan yang lainnya sebanding dalam masalah-masalah yang diperselisihkan, dan apabila mereka berselisih dalam sebuah masalah, maka apa yang mereka perselisihkan dikembalikan kepada Allah dan Rosul meski sebagian dari mereka lebih alim dalam masalah-masalah yang lain-, begitu pula masalah-masalah yang diperselisihkan oleh para imam.

Orang-orang telah meninggalkan pendapat Umar dan Ibnu Mas'ud dalam masalah tayamumnya orang junub, dan mereka mengambil pendapat orang yang dibawah keduanya seperti Abu Musa Al-Asy'ari dan yang lainnya karena dia berdalil dengan Kitab dan Sunnah.

Orang-orang juga telah meninggalkan pendapatnya Umar dalam masalah diyatnya jari-jemari, dan mereka mengambil pendapatnya Mu'awiyah, karena ada dalil SUNNAH bersamanya, bahwa Nabi -shollallohu alaihi wasallam- mengatakan: "Jari ini dan dari itu sama saja"…

Jika pintu (perkataan seperti) ini dibuka, tentu perintah Allah dan dan RosulNya akan ditinggalkan, dan setiap imam di tengah para pengikutnya akan menjadi seperti Nabi -shollallohu alaihi wasallam- di tengah-tengah umatnya, dan ini merupakan tindakan mengubah agama, mirip dengan keadaan Kaum Nasrani yang dicela Allah dalam firmanNya (yang artinya):

"Mereka telah menjadikan orang-orang alimnya (Yahudi) dan rahib-rahibnya (Nasrani) sebagai tuhan selain Allah, demikian juga terhadap Almasih Putra Maryam, padahal mereka hanya disuruh menyembah Ilah yang satu, yang tidak ada Ilah yang berhak disembah melainkan Dia, maha suci Dia dari apa yang mereka persekutukan". [Surat Attaubah: 31].

Wallohu subhanahu wa ta'ala a'lam, dan segala puji hanya bagi Dia semata.

[Majmu'ul Fatawa: 20/215-216].

Oleh: Ustadz Musyaffa' ad Dariny

Postingan terkait:

Belum ada tanggapan untuk "Emang Kamu Lebih Pintar Dari Kyai Ini dan Ustadz Itu?!"

Catat Ulasan