Jin itu seperti manusia, ada yang mukmin taat, ada yang muslim jahil, atau (muslim) munafik, atau (muslim) pendosa, dan ada juga yang kafir. Setiap jenis ini akan condong kepada yang sejenis dengannya.
Adapun (kekuasaan) yang diberikan Allah kepada (Nabi) Sulaiman, itu di luar kekuasaan jin dan manusia, karena tidak ada seorangpun yang bisa menguasai jin secara mutlak dalam hal kepatuhan kepadanya.
Tidak ada seorangpun yang bisa memanfaatkan mereka kecuali dengan imbalan, bisa jadi imbalan itu berupa tindakan tercela yang disukai jin, atau berupa ucapan yang dapat menjadikan setan tunduk kepadanya, seperti mantera-mantera dan jampi-jampi.
Setiap jin itu ada atasannya, maka bisa jadi mereka melayani sebagian orang karena kepatuhan dia kepada jin yang di atasnya, sebagaimana ada sebagian orang yang melayani orang lain karena perintah penguasa untuk melayaninya, karena sebuah kitab yang bersamanya dari penguasanya, padahal sebenarnya dia tidak suka melayaniny.
Bisa saja (setelahnya) mereka mengambil kitab itu darinya lalu tidak melayaninya, dan bisa saja mereka membunuhnya, atau menjadikannya pesakitan, makanya banyak manusia yang dibunuh jin. Mereka juga biasa merasuki manusia. (Bisa jadi) tindakan merasuki itu karena perbuatan zina. Kadang mereka mengatakan bahwa dia mengganggu manusia, karena siraman najis yang mengenai mereka atau karena hal lain, sehingga mereka merasukinya untuk menghukum dan balas dendam. Kadang mereka melakukan hal itu karena main-main saja, sebagaimana setan dari golongan manusia biasa mempermainkan manusia lain.
Dan jin itu lebih dahsyat sifat setannya, lebih sedikit akalnya, dan lebih banyak kejahilannya. Jin itu bisa saja menyukai seorang manusia, sebagaimana seorang manusia menyukai manusia lain, sebagaimana seorang lelaki menyukai wanita, dan seorang wanita menyukai lelaki.
Bisa jadi dia cemburu kepadanya, dan melayaninya dalam banyak hal, tapi jika setelah itu dia 'jadian' dengan orang lain, bisa saja dia menghukumnya dengan membunuh atau hukuman lain. Semua ini nyata terjadi.
Kemudian para jin itu kadang mencurikan untuk orang yang dilayaninya sebagian harta manusia yang tidak dibacakan Nama Allah kepadanya.
Mereka juga bisa mendatangkan kepadanya makanan, minuman, pakaian, uang, dan barang lain. Kadang mereka mendatangkan kepadanya air segar, makanan, dan yang lainnya saat orang tersebut berada di padang sahara.
Dan tidak satupun dari semua itu termasuk mukjizat para nabi, tidak pula termasuk karomahnya orang-orang saleh, karena hal itu mereka lakukan karena kesyirikan, kezaliman, dan tindakan keji (orang yang dilayaninya)…
Bisa jadi mereka memberikan kabar-kabar gaib yang mereka lihat dan dengar. Dan bisa jadi mereka masuk ke dalam tubuh manusia, Nabi -shollallohu alaihi wasallam- telah bersabda: "Sungguh setan bisa mengalir pada manusia di tempat aliran darahnya".
Tapi kekuasaan mereka itu sebagaimana Allah firmankan: "Sungguh setan itu tidak memiliki kekuasaan atas orang-orang yang beriman dan bertawakal hanya kepada Robb mereka. Kekuasaan dia hanyalah pada orang-orang yang menjadikannya pemimpin dan menyekutukan Robbnya dengannya". [QS. Annahl: 99-100].
Ketika setan mengatakan: "Tuhanku, oleh karena Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, aku pasti akan jadikan kejahatan terasa indah bagi mereka di bumi, dan aku akan menyesatkan mereka semua". [QS. Alhijr: 39-40]. Maka Allah berfirman: "Sesungguhnya kamu (Iblis) tidak mempunyai kekuasaan apapun atas hamba-hambaku, kecuali mereka yang mengikutimu dari orang-orang yang sesat"… [QS. Alhijr: 42].
Jadi mereka yang memiliki keikhlasan dan keimanan, setan tidak punya kekuasaan atas mereka. Oleh karena itulah para setan itu akan lari dari rumah yang dibacakan surat Albaqoroh di dalamnya, mereka juga akan lari dari bacaan ayat kursi dan akhir surat albaqoroh, dan ayat-ayat Alqur'an 'penghantam' lainnya.
Diantara jin itu ada yang mengabarkan hal-hal yang akan datang kepada para dukun dan yang lainnya, dari kabar yang mereka curi dari langit.
Perdukunan dahulu sangat tampak di negeri arab, lalu ketika tauhid kuat, larilah setan-setan itu dan musnah, atau berkurang.
Kemudian praktek perdukunan itu akan muncul di tempat-tempat yang pengaruh tauhidnya lemah. Dahulu di sekitar Madinah, setelah hijrahnya Nabi -shollallohu alaihi wasallam-, ada banyak dukun yang dijadikan rujukan keputusan, dan dulunya Abu Burdah bin Niyar adalah dukun, tapi setelah itu dia masuk islam, dia dari Kabilah Aslam.
Berhala-berhala (saat itu) memiliki setan-setan yang kadang menampakkan diri kepada para penjaganya, dan kadang juga mengajak mereka bicara.
Ubay bin Ka'ab berkata: "Di setiap berhala ada jin wanitanya". Ibnu Abbas mengatakan: "Di setiap berhala ada setannya, dia biasa menampakkan diri kepada para penjaganya dan mengajak mereka bicara".
Dan setan (dari bangsa jin) sebagaimana firman Allah akan bersama dengan orang yang sejenis dengannya, yaitu para pendusta dan para pendosa, Allah berfirman:
"Maukah Aku beritakan kepada kalian, kepada siapa setan-setan itu turun? Mereka itu turun kepada setiap pendusta yang banyak berdosa, mereka menyampaikan hasil pendengaran mereka, dan kebanyakan mereka adalah para pendusta". [QS. Asy-Syu'aro: 221-223]
[Kitab Annubuwwat, Syeikhul Islam, 2/1014-1021]
Oleh: Ustadz Musyaffa' ad Dariny
Belum ada tanggapan untuk "Keterangan Syeikhul Islam -rohimahulloh- Tentang JIN dan Kebiasaan Mereka"
Catat Ulasan