Manajemen Konflik Ala Rasulillah shallallahu 'alaihi wa sallam

Anda seorang muslim?
Bila anda seorang muslim pasti cinta kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dan bersemangat untuk meneladani beliau dalam kehidupan anda. Allah Ta'ala berfirman:

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيراً

Sungguh bagi kalian pada diri Rasulillah terdapat suri teladan yang indah, yang demikian itu bagi orang-orang yang mengharap keridhaan Allah dan kehidupan di hari akhir lagi banyak mengingat Allah. (Al Ahzab 21)

Sobat! Dalam setiap lembar sejarah perjalanan hidup Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam benar benar membawa beribu-ribu pelajaran indah bagi kita semua. Namun sayang selama ini hati kita seakan belum terketuk untuk menyelami lautan hikmah dan pelajaran yang terangkai indah dalam lembaran hidup beliau. Selama ini kita lebih sering mengemis dan mengais pelajaran dan keteladanan dari dunia barat atau lainnya.

Sobat! Diantara pelajaran besar yang dapat kita petik dari lembaran sejarah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam ialah kepiawaian beliau dalam mengelola konflik dan musuh. Semasa beliau hidup di kota Makkah, beliau menghadapi permusuhan kaum Quraisy. Berbagai cara beliau lakukan guna mengurai permusuhan kaum Quraisy, dimulai dari menawarkan dakwah belai kepada kabilah-kabilah yang tinggal disekita kota Makkah, hingga mengizinkan sebagian sahabatnya untuk berhijrah ke negri Habasyah (Etiopia).

Diantara kiat beliau dalam mengurai kebuntuan akal pikiran kaum Quraisy yang terus melancarkan permusuhan ialah dengan menawarkan dakwah Islam kepada kabilah-kabilah yang menunaikan ibadah Haji. Beliau mendatangi mereka semasa mereka menjalankan manasik haji di kota Makkah, Mina, Muzdalifah, dan Arafah. Hingga akhirnya beliau berjumpa dengan beberapa penduduk kota Madinah, dari kabilah Aus dan Khazraj, dan akhirnya mereka masuk Islam.

Singkat kisah, beliau memutuskan untuk berhijrah ke kota Madinah, karena penduduk Madinah masuk Islam dan juga sangat berharap bila beliau dan juga para sahabat hijrah ke kota Madinah.

Sudah bisa dibayangkan, perpindahan beliau ke kota Madinah selain menjadi angin segar bagi dakwah beliau, namun juga membuka lembaran baru dengan musuh-musuh baru, yaitu kaum munafiqin, kaum musyrikin setempat, dan juga bangsa Yahudi.

Walaupun di kota Madinah beliau lebih leluasa menyebarkan dakwahnya, namun di saat yang sama beliau menyadari bahwa kehadiran beliau di kota Madinah tidak diinginkan oleh kaum Munafiqin, Yahudi, dan sebagian penduduk Madinah yang masih mempertahankan statusnya sebagai penyembah berhala . Terlebih lagi setiba beliau di kota Madinah, beliau mendapatkan penduduk setempat tanpa terkecuali kaum Aus dan Khazraj memiliki ketergantungan kepada seorang Yahudi dalam hal air minum.

Kala itu hanya ada satu sumur yang dapat dijadikan sebagai sumber air minum bagi kaum Aus dan Kazraj, dan sumur itu ternyata milik seorang Yahudi. Kondisi ini tentu saja di kemudian hari berpotensi menjadi ancaman besar bagi kaum muslimin. Menyadari hal ini, segera Nabi shallallah 'alaihi wa sallam memotivasi para sahabat untuk membeli sumur tersebut dan mewakafkannya bagi seluruh kaum muslimin.

Dan untuk mengantisipasi permusuhan kaum Yahudi, maka beliau shallallahu 'alaihui wa sallam segera menjalin perjanjian mereka, untuk bersama sama mempertahankan keamanan kota Madinah dari serangan pihak luar. Dengan cara ini, beliau berhasil meminimalkan gesekan yaitu hanya melawan kaum Quraisy yang merasa kecolongan karena Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersama sahabatnya berhasil lolos dari cengkeraman mereka dan berhasil mendapatkan dukungan kaum Aus dan Kazraj.

Setelah mendapat ruang gerak yang longgar segera Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mempersiapkan diri guna menghadapi berbagai kondisi buruk yang mungkin terjadi di kemudian hari. Berikut beberapa tindakan cerdas yang beliau ambil guna memantapkan kekuatan dan mematangkan persiapan.

1. Beliau memotivasi para sahabat untuk membeli sumur @Rumah@ yang merupakan satu satunya sumber air bersih di kota Madinah kala itu, dan dimiliki oleh seseorang yang beragama Yahudi. Sumur Rumah-pun akhirnya dibeli oleh sahabat Utsman bin Affan dan kemudian beliau mewakafkannya untuk seluruh kaum muslimin. Dengan langkah ini beliau berhasil menciptakan kemandirian ummat Islam dalam hal sumber air minum dan berhasil menutup celah terjadinya tekanan/embargo air bersih dari ummat Yahudi.

2. Setelah Quraisy merasa kuasa untuk menundukkan kekuatan ummat Islam secara sendirian, maka mereka bersekutu dengan kabilah – kabilah lain semisal kabilah Ghathafan, Bani Quraidhah untuk menyerang kota Madinah. Dan puncak persekongkolan Quraisy ini terjadi pada perang Khandaq, Quraisy bersama kabilah-kabilah arab lainnya menyerang dari luar Khandaq (parit) dan Yahudi Bani Quraidhah yang termakan oleh bujuk rayu Quraisy mengkhianati perjanjian mereka bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.

Kondisi ini tentunya menjadi ujian yang sangat berat bagi ummat Islam, sebagaimana yang tergambar pada firman Allah berikut :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اذْكُرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ جَاءتْكُمْ جُنُودٌ فَأَرْسَلْنَا عَلَيْهِمْ رِيحًا وَجُنُودًا لَّمْ تَرَوْهَا وَكَانَ اللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرًا {9} إِذْ جَاؤُوكُم مِّن فَوْقِكُمْ وَمِنْ أَسْفَلَ مِنكُمْ وَإِذْ زَاغَتْ الْأَبْصَارُ وَبَلَغَتِ الْقُلُوبُ الْحَنَاجِرَ وَتَظُنُّونَ بِاللَّهِ الظُّنُونَا {10} هُنَالِكَ ابْتُلِيَ الْمُؤْمِنُونَ وَزُلْزِلُوا زِلْزَالًا شَدِيدًا

Hai orang-orang yang beriman, ingatlah akan nikmat Allah (yang telah dikaruniakan) kepadamu ketika datang kepadamu tentara-tentara, lalu Kami kirimkan kepada mereka angin topan dan tentara yang tidak dapat kamu melihatnya. Dan adalah Allah Maha Melihat akan apa yang kamu kerjakan. (Yaitu) ketika mereka datang kepadamu dari atas dan dari bawahmu, dan ketika tidak tetap lagi penglihatan (mu) dan hatimu naik menyesak sampai ke tenggorokan dan kamu menyangka terhadap Allah dengan bermacam-macam purbasangka. Di situlah diuji orang-orang mukmin dan digoncangkan (hatinya) dengan goncangan yang sangat. (Al AHzab 9-11)

Menyadari kondisi yang sangat berat ini, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berusaha mengurai kekuatan pendukung pasukan Quraisy. Ada dua langkah cerdas yang beliau lakukan :

A) Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menawarkan kepada kedua ketua kabilah Ghathafah : Al Harits bin Auf dan Uyainah bin Khishen separuh hasil panen ladang kota Madinah, dengan imbalan mereka berdua membawa pergi kabilah Ghathafan. (Ibnu Abi Syaibah, AT Thabrani dan lainnya)

B) Imam Ibnu Hisyam (2/228) dalam kitab sirah mereka mengisahkan bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam memerintahkan Nu'aim bin Mas'ud yang berasal dari kabilah Ghathafan untuk memecah belah pasukan musuh. Maka sahabat Nu'aim bin Mas'ud yang baru saja masuk Islam dan menyembunyikan keislamannya dari keluarga dan masyarakatnya segera memanfaatkan kedekatannya kepada seluruh kabilah yang mengepung kota Madinah. Dengan keahliannya dalam bujuk rayu, beliau berhasil mengikis kepercayaan antara kabilah-kabilah yang bersekutu dengan Quraisy. Hingga akhirnya kabilah kabilah tersebut saling curiga mencurigai dan lunturlah kekuatan mereka, hingga akhirnya beberapa kabilah yang bersekongkol dengan Quraisy mengundurkan diri dan pulang meninggalkan Quraisy dan Bani Quraidhah di kota Madinah berhadapan dengan kaum muslimin. Tak ayal lagi, Quraisy menjadi ciut nyali, terlebih setelah perbekalan mereka porak poranda diterjang badai angin hingga akhirnya mereka memutuskan untuk menarik diri dan kembali ke kota Makkah.

Pada kondisi ini, tanpa menunda sedikitpun segera Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam segera memberi pelajaran kepada Bani Quraidhah. Setelah Quraish angkat kaki dari kota Madinah, beliau segera mengobarkan semangat para sahabat untuk segera menyerang Bani Quraidhah. Beliau bersabda:

لا يصلين أحد العصر إلا في بني قريظة

Janganlah ada seorangpun dari kalian yang mendirikan shalat Ashar kecuali setelah tiba di pemukman Bani Quraidhah (Muttafaqun 'alaihi)

3. Beliau berusaha bersikap lunak dan lebih memilih untuk menahan diri dari berbagai ulah "musuh dalam selimut" yaitu kaum munafiqin. Beliau menggariskan sikap beliau ini melalui sabdanya:

دعه لا يتحدث الناس أن محمدا يقتل أصحابه

Biarkanlah dia (Abdullah bin Ubai bin Salul, tokoh orang-orang munafik), agar tidak ada kesan bahwa Muhammad tega membunuh sahabat sendiri. (Muttafaqun 'alaih)

Dengan cara ini beliau bisa mengonsentrasikan kekuatan ummat Islam guna menghadapi musuh yang datang dari luar.

4. Pada tahun ke 7 hijriyah, beliau menjalin perjanjian genjatan senjata dengan kabilah Quraisy dan untuk saling menahan diri. Walau persyaratan yang diajukan oleh Quraisy pada perjanjian ini nampaknya sangat merugikan ummat Islam; bila ada penduduk Mekkah yang masuk Islam dan pergi ke kota Madinah, maka harus dikembalikan ke Quraisy, Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam bersama sahabatnya menunda ibadah umrah hingga setahun yang akan datang. Perdamaian ini sekilas sangat merugikan ummat Islam, namun sejatinya tidak demikian, bahkan sangat menguntungkan ummat Islam. Sampai-sampai Allah menyebutnya sebagai kemenangan dan pertolongan Allah sebagaimana ditegaskan pada surat An Nasher.

Berkat perjanjian ini, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dapat dengan leluasa mendakwahi berbagai kabilah arab selain Quraisy, yang selama ini belum tersentuh oleh dakwah beliau dan dari sisi lain, mereka memilih untuk bersikap menunggu dan menonton perkembangan yang terjadi dengan Quraisy. Berkat dakwah beliau yang gencar kepada kabilah kabilah selain Quraisy tanpa ada gangguan sedikitpun dari Quraisy, maka mayoritas kabilah arab menyatakan keislamannya, termasuk berbagai kabilah yang beberapa waktu lalu turut mendukung Quraisy pada peperangan Al Khandaq. Strategi jitu Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam ini merubah peta kekuatan yang ada kala itu, sehingga pada tahun ke 8 Hijriyah, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dengan mudah menundukkan dan menguasai kota Makkah. Wallahu Ta'ala A'alam bisshawab

Semoga bermanfaat bagi kita semua, dan menjadi renungan bagi saudara-saudaraku para penggerak dakwah sehingga bisa lebih arif dan cerdas dalam mengelola konflik atau gesekan dengan berbagai elemen masyarakat, terlebih dengan saudara-saudara kita sesama ummat Islam.

Oleh: Ustadz Dr Muhammad Arifin Badri

Postingan terkait:

Belum ada tanggapan untuk "Manajemen Konflik Ala Rasulillah shallallahu 'alaihi wa sallam"

Catat Ulasan