Perlu diketahui bahwa tidak ada satupun ulama yang maksum (terpelihara dari kesalahan). Begitu juga dengan Syaikh Ali bahkan Lajnah Daaimah sekalipun. Mereka hanyalah manusia yang bisa saja sewaktu-waktu salah dalam berijtihad atau memahami suatu permasalahan.
Hal ini perlu dipahami oleh setiap muslim agar nantinya tidak ada lagi orang yang menyibukkan diri dengan menghitung-hitung kesalahan seorang ulama, kemudian menjadikannya sebagai dalil untuk menghukumi bahwa ulama fulan sesat, karena begini dan begitu.
Abu Qilabah rahimahullah berkata :
"Jika engkau mendapatkan kabar miring tentang seorang muslim maka hendaknya engkau bersusah payah untuk memakluminya dengan berkata dalam hati : "Boleh jadi ia punya pertimbangan demikian atau demikian". Jika setelah bersusah payah engkau tidak mendapat hal-hal yang bisa jadi alasan orang tersebut melakukan apa yang ia lakukan maka katakanlah dalam hati : "Boleh jadi beliau punya alasan yang belum aku ketahui" (Hilyatul Auliyaa' II/285).
Lajnah Daaimah dengan sederetan ulama yang mendukung pendapatnya dan Syaikh Ali pun dengan sederetan ulama yang mendukung pendapatnya. Masing-masing punya dalil, yang kita bisa mengetahui bahwa ada yang lebih kuat dalilnya dari salah satu pendapat itu.
Tetapi, apakah ketika kita mendapati suatu pendapat yang salah atau kurang kuat dari seorang ulama lalu serta merta kita langsung mengatakan kepada umat bahwa tidak boleh mengambil ilmunya secara mutlak ?
Lihatlah Imam an-Nawawi, al-Hafizh Ibnu Hajar al-Asqolani dll, para ulama berkata bahwa mereka juga ada kesalahan dalam memahami masalah aqidah yaitu tentang tauhid asma' was sifat, lalu apakah kita katakan kepada umat agar jangan membaca kitabnya dan jangan mengambil ilmu darinya dst, lalu kita katakan mereka sesat ?
Tidak ada ulama sunnah yang berkata seperti itu. Begitu juga kita menyikapi seandainya ada ulama sunnah di zaman ini yang tergelincir dalam masalah aqidah dll.
Imam Ibnu Abdil Bar rahimahullah berkata :
“Orang alim (ulama) tidak lepas dari kesalahan. Siapa yang SEDIKIT kesalahannya dan BANYAK benarnya maka dialah orang alim. Dan siapa yang sedikit benarnya dan banyak kesalahannya maka dialah orang jahil” (Jami’ Bayaan al-Ilmi II/106)
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata :
“Kalau seandainya seorang alim (ulama) yang banyak memberikan fatwa salah dalam seratus masalah, maka itu bukan suatu aib. Karena siapa saja selain Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dia bisa benar dan bisa saja salah” (Majmu Fatawa 28/301)
Abdullah bin Abbas radhiyallahu 'anhu berkata :
ليس أحد الا ويؤخذ من رأيه ويترك ؛ ما خلا النبي صلى الله عليه وسلم
"Tidak ada seorangpun melainkan perkataannya dapat ditolak dan diterima kecuali perkataan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam" (Jaami’ul Uluum wal Hikam VI / 28).
Imam Malik rahimahullah berkata :
إنما أنا بشر أخطئ وأصيب، فانظروا في رأيي؛ فكل ما وافق الكتاب والسنة؛ فخذوه، وكل ما لم يوافق الكتاب والسنة؛ فاتركوه
“Saya ini hanya seorang manusia, kadang salah dan kadang benar. Cermatilah pendapatku, setiap yang sesuai dengan al-Qur’an dan as-Sunnah maka ambillah. Dan setiap yang tidak sesuai dengan al-Qur’an dan as-Sunnah maka tinggalkanlah...” (Diriwayatkan Ibnu ‘Abdil Barr dalam Al-Jami II/32, Ibnu Hazm dalam Ushul Al-Ahkam VI/149, dinukil dari Ashl Sifah Shalatin Nabi hal 27).
Berhati-hatilah, karena tanda dari ilmu yang tidak bermanfaat adalah : "Menumbuhkan kesombongan, ambisi kepada dunia, mengalihkan perhatian orang kepada dirinya, berburuk sangka dan menganggap bodoh Ulama, serta merasa lebih apa yang dimilikinya" (Fadhlu 'Ilmis Salaf 'alal Khalaf oleh Imam Ibnu Rajab Al-Hanbali).
Tambahan :
Syaikh Ali sendiri telah menjawab hal-hal yang dianggap salah oleh Lajnah Daaimah dalam Kitabnya yang berjudul "Al-Ajwibatul-Mutalaaimah ‘alaa Fatwaa Al-Lajnah Ad-Daaimah"
Atas jawaban dalam kitab tersebut, Syaikh Dr. Husain Alusy-Syaikh hafizhahullah (imam dan khathib Masjid Nabawi) berkata :
والشيخ علي قد ردَّ ردًّا علميّاً [((الأجوبة المتلائمة على فتوى اللجنة الدائمة))] كما عَلَيه سلف هذه الأمَّة.
“Dan Syaikh Ali telah membantah dengan bantahan yang ilmiah [Al-Ajwibatul-Mutalaaimah ‘alaa Fatwaa Al-Lajnah Ad-Daaimah] sebagaimana hal itu telah dilakukan oleh salaf umat ini” [Perkataan ini beliau sampaikan dalam muhadlarah beliau yang berjudul : ‘Alaa Thariiqis-Sunnah].
Syaikh Ibnu ‘Utsaimiin rahimahullah saat mengetahui fatwa Lajnah lalu berkata :
وهذا غَلطٌ مِن اللَّجْنَة، أنا مُستَاءٌ مِن هذِهِ الفَتْوى، وَلَقَدْ فَرَّقَتْ هذهِ الْفَتْوَى الْمُسْلِمِينَ في أَنْحاءِ العَالمِ؛ حَتَّى إِنَّهُمْ يَتَّصلونَ بِي مِنْ أَمْرِيكَا وأُوروبّا
“Ini adalah kekeliruan dari Lajnah. Aku merasa terganggu dengan fatwa ini. Fatwa ini telah memecah-belah kaum muslimin di seluruh negeri, hingga mereka menghubungiku dari negeri Amerika dan Eropa” [At-Ta’riifu wat-Tanbi’ah hal 15]
Syaikh Abdul Muhsin Al-'Abbaad hafizhahullah memuji dan memotivasi untuk belajar kepada Syaikh Ali, beliau berkata :
وأوصي أيضا أن يستفيد طلاب العلم في كل بلد من المشتغلين بالعلم من أهل السنة في ذلك البلد , مثل تلاميذ الشيخ الألباني رحمه الله في الأردن , الذين أسسوا بعده مركزا باسمه , ومثل الشيخ محمد المغراوي في المغرب , والشيخ محمد علي فركوس والشيخ العيد شريفي في الجزائر , وغيرهم من أهل السنة , ومن النصح لأهل السنة أن من أخطأ منهم ينبه على خطئه ولا يتابع عليه , ولا يتبرأ منه بسبب ذلك , ويستفاد منه , لا سيما إذا لم يوجد من هو أولى منه في العلم والفضل
"Aku juga berwasiat kepada para penuntut ilmu di setiap negeri agar mengambil faedah (menuntut ilmu) dari kalangan ahlus sunnah yang sibuk dengan ilmu di negeri tersebut. Seperti murid-murid syaikh Al-Albaani rahimahullah di Yordania (diantaranya syaikh Ali) yang dimana mereka telah mendirikan sebuah markaz setelah wafatnya syaikh Al-Albani dengan nama syaikh Al-Albani, dan juga seperti syaikh Muhammad Al-Maghrowi di Magrib, syaikh Muhammad Ali Farkuus, syaikh Al-'Iid Syariify di Al-Jazaair, dan syaikh-syaikh lainnya dari kalangan Ahlus Sunnah"
Dan ternyata Kitab yang dipermasalahkan oleh Lajnah Daaimah itu telah mendapatkan rekomendasi dari banyak para ulama, lalu kenapa para ulama itu tidak dianggap sesat juga ? Kenapa hanya kepada syaikh Ali saja ?
Syaikh Ali berkata di muqaddimah kitabnya itu :
"Sejumlah masyaikh kami dan saudara kami telah membaca/mentelaah kitabku ini sebelum penyebarannya. Yang pertama dari mereka adalah (1) Ustadz kami syaikh Muhammad Naashiruddiin Al-Albaani dan beliau mendoakanku – jazaahullaahu khairan – setelah membacanya : ‘semoga Allah menambahkan taufiq kepadamu’, (2) Ustadz kami syaikh Muhammad Syaqrah, (3) Ustadz kami syaikh Muhammad Ra’fat, (4) Al-Ustadz syaikh Rabii’ bin Haadiy, (5) Al-Ustadz Muhammad ‘Umar Bazmuul, (6) Al-Akh syaikh Masyhuur Hasan, (7) Al-Akh syaikh Saliim Al-Hilaali, (8) Al-Akh syaikh Muraad Syukriy dan yang lainnya – baarakallaahu fiihim”
Mudah-mudahan bermanfaat penjelasan yang singkat ini. Dan menjadikan kita lebih berhati-hati dalam menyikapi suatu permasalahan.
----------
Copast dari grup ACT Majelis Ilmu Balikpapan
Nasehat untuk ikhwan:
Unfriend orang-orang yang suka menebar fitnah atas ulama & jangan share artikel-artikel di medsos yang antum tidak tahu validitasnya sekalipun niat tabayyun. Minta penjelasan pada asatidz, bukan di medsos & malah ikut membagi syubhat.
Via: Ustadz Muflih Safitra
Belum ada tanggapan untuk "JAWABAN ATAS PEMFITNAH SYAIKH ALI HASAN, PENGADU DOMBA ULAMA"
Catat Ulasan