Di sinilah letak ketekunan dan kejelian orang yang berilmu, mengkaji, menganalisa dengan seksama hingga akhirnya dapat membedakan antara berbagai hal yang sekilas nampak serupa.
Sedangkan orang yang kurang ilmu, sering kali malas untuk berpikir apalagi sampai mengharuskan dirinya merenung dalam waktu lama. Mereka lebih sering mencukupkan diri dengan penilaian sekilas walaupun sering kali terbukti kesimpulannya salah.
Sejarah telah membuktikan betapa banyak murid beda pendapat dengan guru, dan semua berjalan baik baik saja. Namun kini, betapa banyak orang yang belum siap melihat fakta itu, mereka menuntut murid harus "sendiko dawuh" sama guru, tidak boleh beda pendapat, sekecil apapun, bila tidak, maka akan segera dihukumi dengan label "kurang ajar" "tidak santun" "tidak menghormati orang tua".
Andai kondisi ini terjadi, bisa jadi tidak ada mazhab Maliky, Syafii, dan Hambali.
Imam Malik adalah guru Imam Syafi, dan Imam Ahmad adalah murid Imam Syafii. Walau demikian, sejarah telah membuktikan mereka bukan hanya berbeda pendapat dalam satu atau dua masalah. Betapa banyak masalah yang mereka berbeda pendapat, tanpa ada masalah antara mereka.
Masalah terjadi, bukan antara guru, karena sesama guru memahami bahwa perbedaan pendapat itu dinamika ilmu. Namun masalah kemudian terjadi antara sesama murid, karena mereka "cupet ilmu" dan sering kali "ada kepentingan terselubung" dibalik perbedaan pendapat guru, bahkan ada "perbedaan pendapatan" murid yang diselimuti dengan perbedaan pendapat guru.
Karena ulah murid yang cupet ilmu, muncullah fanatik mazhab dan perseteruan tercela antara sesama murid. Karena itu, wahai para murid (baca: panitia kajian) waspadalah, jangan berselimut dengan perbedaan pendapat guru, dan sadarilah bahwa antara guru guru anda pasti akan terjadi perbedaan pendapat, dan akan terus terjadi perbedaan pendapat, karena itu bagian dari dinamika ilmu.
Dahulu, Imam Qatadah As Sadusy berkata:
من لم يعرف الاختلاف لم يشم رائحة الفقه بأنفه
Orang yang belum mengenal perselisihan pendapat para ulama' berarti batang hidungnya belum pernah mencium aroma Ilmu Fiqih . (Ibnu Abdil Bar dalam kitab Jaami' Bayaanil Ilmi Wa Fadhlihi)
Oleh: Ustadz Dr Muhammad Arifin Badri
Belum ada tanggapan untuk "Guru Beda Pendapat, Murid Beda Pendapatan?"
Catat Ulasan