Ketahuilah bahwa semua itu bukanlah dalil untuk membenarkan atau menyalahkan suatu ucapan atau perbuatan.
berbaik sangka dan senioritas hanya berfungsi dalam sikap, yaitu anda memberi uzur (toleransi) dan menghormati yang lebih tua. Namun urusan salah atau benar tidak berubah, yang salah tetap salah walau yang melakukan adalah nenek moyang anda. Dan yang benar adalah benar walau yang melakukan atau mengucapkan adalah cucu atau bahkan cicit anda.
Kalaupun ibu bapak bahkan nenek moyang anda mengatakan suatu ucapan yang salah maka katakanlah itu salah, namun urusan hormat dan berbakti maka tetap saja berbakti walau kesalahan mereka sampai pada level kafir.
وَإِن جَاهَدَاكَ عَلى أَن تُشْرِكَ بِي مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ فَلَا تُطِعْهُمَا وَصَاحِبْهُمَا فِي الدُّنْيَا مَعْرُوفًا
Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik. (Lukman 15)
Satu kemunduran sikap dan mental bila anda telah mengenal Islam, lalu masih pula berdalil dengan senioritas dan husnudzon untuk menerima suatu ucapan dan sikap atau menolaknya.
Katakanlah kebenaran sebagai kebenaran dan kesalahan sebagai kesalahan tanpa harus melanggar prinsip prinsip husnudzon dan hormat kepada yang tua atau sayang kepada yang muda.
Oleh: Ustadz Dr Muhammad Arifin Badri
Belum ada tanggapan untuk "Husnudzon Bukan Dalil"
Catat Ulasan