Bambu Runcing

Konon, nenek moyang kita berjuang melawan Londo alias "kompeni" dengan bersenjatakan bambu runcing. Benarkah cerita itu? Saya sendiri juga belum mengalami atau menyaksikan, jadi silahkan tanya sendiri kepada nenek atau kakek saudara sendiri.

Cerita tentang kisah kisah heroik perjuangan nenek moyang, sepatutnya kita sampaikan kepada anak cucu kita,magar mereka juga mewarisi semangat juang dan keberanian berkorban demi satu kehormatan yang direnggut musuh.

Namun demikian, saya belum pernah mendengar atau membaca pejuang yang berjuang dengan bambu tumpul, apalagi bambu lentur, atau paling kurang pisau tumpul. Seburuk apapun satu senjata, pastilah menakutkan orang yang melihatnya dan benar benar bisa digunakan untuk menumpas alias membunuh musuh.

Dengan memahami tajamnya bambu runcing, atau arti letupan senapan atau goresan pedang kita, musuh menjadi gentar.

Adapun bila bambu kita telah ditumpuli, senapan kita rusak sehingga tidak lagi bisa meletup, atau pedang kita telah tumpul, niscaya hanya menjadi bahan tertawaan musuh. Apalagi bila yang memegangnya berbadan kerempeng, loyo, bahkan membawanya sambil cengengas cengenges, tentu musuhpun juga akan cengengas cengenges, alias tidak gentar. Itulah pesan yang dapat kita petik dari firman Allah Ta'ala tentang pentingnya kekuatan dalam kehidupan ummat Islam, sebagaimana pada ayat berikut:

وَأَعِدُّوا لَهُم مَّا اسْتَطَعْتُم مِّن قُوَّةٍ وَمِن رِّبَاطِ الْخَيْلِ تُرْهِبُونَ بِهِ عَدُوَّ اللهِ وَعَدُوَّكُمْ وَآخَرِينَ مِن دُونِهِمْ لَا تَعْلَمُونَهُمُ اللهُ يَعْلَمُهُمْ 

Dan persiapkanlah segala kekuatan yang kalian miliki dan juga pasukan berkuda untuk menghadapi mereka (musuh), agar menggentarkan musuh Allah, musuhmu, dan orang orang selain orang orang yang kamu tidak mengetahui mereka (musuh dalam selimut) sedangkan Allah mengetahui mereka (al Anfal 60)

Demikianlah petuah Allah dalam menjalani kehidupan bernegara, harus ada unsur kekuatan, lahir dan juga batin agar disegani musuh dalam selimut dan juga musuh di luar selimut. Dengan demikian tegaklah stabilitas dan harga diri ummat Islam sebagai ummat yang berdaulat dan berwibawa. Apalah nilainya satu negara, bila ditertawakan musuh, karena kita tidak bisa tegas, dan hanya bisa cengengas cengenges?

Oleh: Ustadz Dr Muhammad Arifin Badri

Postingan terkait: