Embargo Ekonomi

Dalam pergulatan dunia internasional, betapa sering kita mendengar sebutan embargo ekonomi. Satu negara dengan ekonomi kuat berusaha memaksakan kehendaknya kepada negara lain dengan memanfaatkan kekuatan ekonominya dan kelemahan ekonomi negara lain.

Negri kita juga pernah merasakan pahitnya embargo ekonomi, betapa pesawat pesawat tempur kita tanpa perlu ditembak, satu persatu berjatuhan dengan sendirinya. Bahkan beberapa waktu lalu, kita merasakan betapa pahitnya diembargo "sapi" oleh negri kafir tetangga yaitu Australia.

Sobat! Mungkin anda menduga, bahwa praktek semacam ini adalah cara cara baru negara maju dalam memaksakan kehendaknya.

Sobat! Ketahuilah bahwa sejatinya praktek semacam ini telah lama terjadi dan dilakukan oleh ummat manusia. Sebagai buktinya, Nabi shallallah alaihi wa sallam beserta sahabat dan juga kaumnya diembargo ekonomi dan sosial oleh Quraisy.

Mereka bersepakat untuk tidak menjual apapun kepada Nabi, para sahabat dan juga semua orang yang bersimpati kepada beliau. Embargo keji ini berlangsung sekitar tiga tahun, dan selama itu pula Nabi shallallahu alaihi wa sallam beserta para sahabatnya merasakan penderitaan yang begitu berat.

Dan, pada gilirannya, setelah ummat Islam kuat, sahabat Tsumamah bin Utsal radhiallahu anhu, kepala suku Negri Yamamah/ Yaman dan sekitarnya, melakukan hal serupa. Setelah beliau mengumumkan keislamannya di hadapan orang orang Quraisy di Makkah, beliau berkata :

أَسْلَمْتُ مَعَ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَلَا وَاللهِ، لَا يَأْتِيكُمْ مِنَ الْيَمَامَةِ حَبَّةُ حِنْطَةٍ حَتَّى يَأْذَنَ فِيهَا رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ،

Wahai Orang orang Quraisy, aku telah masuk Islam mengikuti Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Sungguh demi Allah, tidak akan ada sebiji gandumpun yang bisa kalian dapat/ beli dari negri Yamamah, hingga Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam mengizinkannya. (Muttafaqun Alaih).

Sobat, anda pasti telah mengetahui bahwa sendi sendi perekonomian di negri ini telah dikuasai oleh non muslim, terutama dari etnis "sipit". Dan kini mereka berusaha untuk bersatu, dan merapatkan barisan untuk mendukung satu capres " Ojo Kuwi"?.

Anda bisa bayangkan, bagaimana kondisi ummat islam kelak, bila ekonomi telah mereka kuasai, dan pemerintahan, baik daerah maupun pusat juga jatuh ke tangan non muslim, atau antek non muslim?
Masihkah anda menutup mata dari kenyataan ini?

Oleh: Ustadz Dr Muhammad Arifin Badri

Postingan terkait: