Seringkali, ketika kita menyebutkan 'pendapat mayoritas ulama' kepada orang yg menyelisihi kita, dia mengatakan: "Jangan silau dengan pendapat mayoritas, karena Allah ta'ala berfirman (yang artinya): 'Jika kamu mengikuti kebanyakan orang di muka bumi, mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah'. [Al-An'am: 116]" Tentu ini adalah sikap dan penggunaan dalil yang tidak pas, karena ayat tersebut menyebutkan "kebanyakan orang di muka bumi" bukan "kebanyakan ulama".
Renungkan pula keterangan Syeikh Utsaimin -rohimahulloh- berikut ini:
"Jika kamu melihat MAYORITAS ulama memilih sebuah pendapat, maka JANGANLAH KELUAR dari pendapat itu, kecuali setelah merenunginya, tidak tergesa-gesa, melihat dalil-dalilnya, serta mentadaburinya. Karena pendapat mayoritas ulama tidak boleh diremehkan, dan pendapat mayoritas ulama itu LEBIH DEKAT kepada KEBENARAN daripada pendapatnya satu orang.
Maka jangan senang jika kamu menemukan suatu pendapat yang 'menyendiri', dan kamu keluar di hadapan manusia dengan pendapat itu, sehingga menjadi pas perkataan orang-orang terhadapmu: 'Berbedalah, kamu akan dikenal', sebagian orang lagi mengatakan: 'Berbedalah, kamu akan disebut-sebut'.
Tapi, hendaklah kamu bersama "jama'ah" (rombongan).
Namun apabila telah JELAS bahwa kebenaran itu menyelisihi (pendapat) mayoritas ulama, maka WAJIB bagimu untuk mengikuti kebenaran". [Syarah Akidah Saffariniyah, hal: 747].
----------------
إنك إذا رأيت الجمهور على قول فلا تخرج عنه إلا بعد التأني والتريث والنظر في الأدلة والتدبر فيها؛ لأن قول الجمهور لا يستهان به، وقول الجمهور أقرب للحق من قول الواحد، فلا تفرح أن تجد قولاً غريباً تخرج به أمام الناس، ليصدق قول الناس عليك: خَالِفْ تُعرفْ، وبعض الناس يقول: خَالِفْ تُذْكَر. بل كن مع الجماعة، لكن إذا بان أن الحق في خلاف الجمهور، فالواجب عليك إتباع الحق
Oleh: Ustadz Musyaffa' ad Dariny