Di Republik Ruwanda, salah satu negara afrika; Allah menghendaki lahirnya seorang muslim baru. Sebelumnya dia itu hidup akan tetapi jasadnya saja; karena dia seorang Nasrani. Adapun ruhnya tidak diketahui, melainkan setelah mengumumkan Islamnya dan merasakan manisnya iman.
Ketika keluarganya mengetahui keislamannya, mereka langsung menyerangnya. Mengajak yang lain dari kalangan keluarganya untuk berbuat hal yang sama, dan dia tidak diberi peluang. Hal ini mengherankan, sebab hati kaum nashara dipenuhi dengan hasad dan kedengkian salib. Mereka setiap hari diperdengarkan di sekolah dan di gereja bahwa orang Arab atau muslim itu adalah setan. Meskipun di negara mereka jarang kelihatan yang namanya muslim.
Pada saat mereka kecil, di sekolah-sekolah mereka dijejali dengan pemikiran serta berita bahwa orang-orang kaum yang garang dan buas. Suka membakar desa-desa, membunuh orang-orang yang tak berdosa, menculik kaum wanita dan meninggal daerah tersebut dalam keadaan rusak! Semua ini dijejalkan oleh gereja mereka setiap kesempatan... Akhirnya sampailah kabar kepada saudara kandung muslim baru itu. Dia pun marah besar, kemarahan memuncak saat melihat saudaranya sujud meletakkan dahinya dibawah untuk Allah, Rabb semesta alam.. Doktrin gereja dengan pengajarannya yang rusak telah membuahkan hasil. Dia membunuh saudaranya yang muslim itu pada saat sujud tadi.
Namun apakah kisah ini berhenti sampai disini? Tidak... tidak lama setelah itu, polisi menangkap sang pelaku. Sementara jasad dari muslim yang terbunuh saat sujud itu, dibiarkan selama tiga hari dengan udara yang panas dan tidak diotak-atik; sebagai tanda bukti yang bisa diraba dan disaksikan, juga sebagai saksi bisu akan keagungan dan kesucian agama Islam ini. Menunjukkan bahwa agama Islamlah yang benar, sementara mereka dengan tuduhannya yang mengada-ada.
Setelah berita ini menyebar keseluruh penjuru daerah, orang-orang nashara pun pada berdatangan ingin melihat jenazah si muslim itu. Kemudian puluhan orang masuk Islam melihat pemandangan tersebut, akhirnya mayit itu dijuluki "Orang yang menjadi dai usai kematiannya". [*]
Sumber: Lahazhaat al-Haasimah oleh: Muhammad ibn Abdil Aziz Al-Musnad hal. 6
Penerjemah: Ziyad At-Tamimi, S. ThI, M.H.I
[Disalin dari majalah al-Umm Edisi 05 Th. 1 2013/1434 H]