Ada yang menarik di pertemuan terakhir mata kuliah Sunan An Nasaa'I hari ini[1]. Pada sesi tanya jawab, seorang mahasiswa mengajukan pertanyaan kepada Syaikh Abdul Muhsin Al Abbad hafidzahullah:
Penanya: Wahai Syaikh.. Dinegeri kami banyak tersebar bid'ah dan tashawwuf. Bila hari raya tiba sebagian saudara kami dari ahlussunnah tidak ikut bersenang-senang sebagaimana yang lain. Mereka sibuk dengan menyelenggarakan dauroh ini dan itu, ceramah ini dan itu untuk memanfaatkan momen. Apakah ini dibenarkan wahai Syekh...?
Syaikh: Hal itu tidak seharusnya dilakukan.
Penanya: Berarti mereka itu termasuk mubta'di (ahli bid'ah)...??
Syaikh: Apakah semua harus dihukumi dengan bid'ah..??
Katakan bahwa hal tersebut tidak layak dilakukan dihari ied, katakan juga bahwa tidak ada sunnah yang menunjukkan hal tersebut.
Aku nasehatkan (ditempat seperti itu) tinggalkan kebiasaan, sedikit-sedikit bid'ah, sedikit-sedikit bid'ah. Tinggalkan dan jauhi istilah bid'ah itu. Katakan bahwa hal tersebut tidak ada contohnya. Hal tersebut juga tidak selayaknya dilakukan pada hari ied. Jangan bermudah-mudah dalam memvonis bid'ah.
Penanya: Terimah kasih Syaikh, ahsanallahu ilaikum.
Pertanyaan dan jawaban itu mungkin tidak terlalu istimewa bagi pembaca, tapi tidak bagi saya. Hanya saya yang mengerti makna lain dari pertanyaan dan jawaban itu.
Karena pertanyaan itu adalah pertanyaan terakhir pada Syaikh untuk semester ini. Jawaban itu juga merupakan jawaban bijak terakhir dari beliau untuk semester ini. Makna itu mungkin hanya bisa terbaca pada mata-mata yang menahan tangis perpisahan.
Semua berjalan begitu cepat...
Tak terasa kebersamaan dengan beliau berakhir..
Boleh dikata, semester ini adalah semester yang paling berkesan dan berharga bagi saya selama berada dikota ini.
Tak terhitung faidah yang saya dapat selama belajar di kelas beliau, mulai dari penerapan fiqh da'wah, adab berfatwa, sifat terbuka kepada semua mahasiswa serta kesabaran beliau dalam meladeni banyaknya pertanyaan thullab.
Iya, Faidah ilmiyah, akhlaqiyah, dan abawiyah...
Kebersamaan itu membuat saya mengerti apa itu salafy..?
Bagaimana menjadi salafy..?
Dan pertanyaan-pertanyaan lain yang selama ini mengganjal dihati saya tentang salafy. Masa-masa itu mungkin akan menjadi kisah yang akan tertulis rapi dalam diary hidup saya. Sebagai cerita untuk anak saya nanti.
"Nak... Beginilah abi dulu belajar salaf dari
Seorang Al Abbad..."
Nak... Salafy itu tak seseram yang ditampakkan orang...
Nak... Salafy itu mengajarimu untuk berilmu dan berakhlak,..
Nak... Dulu syaikh Abbad suka bercanda dengan tman-taman abi di kelas.. Tapi candanya tak ada dusta...
Nak... kalau kamu ditanya tentang masaalah yang tidak kamu ketahui, katakan tidak tau...
Dulu, Syaikh Abbad adalah orang yang paling banyak berkata tidak tau di dalam majelisnya....
Ah, Saya harus menghentikan goresan pena ini...
Dengan sebuah harap, agar Allah selalu menjaga Syaikh, menjangkan umurnya dalam ketaatan..
TERIMAH KASIH SYAIKH...
Oleh: Ustadz Aan Chandra Thalib
---------
* Pada saat tulisan ini ditulis hari senin 12-02-1435 H