Umpatan di atas seakan menggambarkan bahwa bila seseorang telah dianggap serupa dengan binatang, kera atau anjing maka ia terhina. Bukankah demikian sobatku?
Di satu sisi, menyerupai perilaku hewan dianggap hina sehingga dijadikan sebagai bahan umpatan. Namun di lain kesempatan meniru hewan dianggap kebanggan dan kelebihan. Ada yang sengaja meniru gerakan kera, anjing kencing (jurus kera atau anjing kencing) ada pula yang menato tubuhnya agar menyerupai hewan; ular, burung atau lainnya. Dan masih banyak lagi upaya sadar untuk meniru hewan,baik dalam hal penampilan maupun perilakunya.
Mungkinkah fenomena di atas adalah salah satu bentuk hukuman Allah yang disegerakan di dunia sebelum di akhirat kepada orang orang yang menyimpang dan melanggar syariat-Nya. Dalam beberapa kesempatan Allah menegaskan bahwa orang-orang yang kufur disamakan dengan hewan bahkan lebih hina dari hewan.
أَمْ تَحْسَبُ أَنَّ أَكْثَرَهُمْ يَسْمَعُونَ أَوْ يَعْقِلُونَ إِنْ هُمْ إِلَّا كَالْأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ سَبِيلًا
Apakah engkau mengira bahwa kebanyakan mereka mendengar atau berakal, tiadalah mereka itu melainkan menyerupai hewan, bahkan mereka lebih buruk jalannya. (Furqan 44)
Bisa saja anda mengutarakan pembelaan atau alasan atas upaya sadar sebagian orang untuk meniru hewan, namun tetap saja anda mengakui bahwa semua itu adalah meniru hewan. Namanya juga meniru, tentu yang ditiru biasanya lebih baik dibanding yang meniru.
Saya yakin anda mengakui bahwa tidak ada manusia yang berakal dengan sadar meniru sesuatu yang ia anggap buruk atau hina. Aduuh, ngeri juga ya?
Oleh: Ustadz Dr Muhammad Arifin Badri
Belum ada tanggapan untuk "Dasar Binatang, Kera, Anjing"
Catat Ulasan