[Edisi Stimulasi] Sebelum memulai kajian, seorang ustadz bertanya kepada muridnya.

Ustadz : Untuk apa kalian ngaji?

Murid : Mencari ilmu.

Ustadz : Kenapa dicari?

Murid : Untuk mengusir kebodohan (kejahilan).

Ustadz: Kenapa diusir?! Bukankah kita bodoh saja sudah dimaafkan?!

Murid : (tersenyum) ya ustadz kami mengerti.

Ustadz : Begitulah udzur bil jahl yang seperti ini sebenarnya hanya membantu iblis dalam menyesatkan anak adam.

Sebenarnya orang-orang yang teriak : Orang jahil diudzur!! Prakteknya mereka sendiri tidak memberi udzur.

Murid : Contohnya seperti apa ustadz?

Ustadz : Pertama, kalau mereka jujur dengan keyakinannya bahwa orang jahil diberi udzur, untuk apa mereka berdakwah?! Bukankah gak tahu juga sudah dimaafkan?!

Kedua : Ketika mereka mengajak pelaku maksiat ikut pengajian. Lalu si pelaku maksiat bilang: "Saya takut, kalau tahu malah repot (terancam hukuman). Mendingan begini aja, gak tahu."

Saya yakin para pemberi udzur itu pasti sepakat dengan saya bahwa argumen orang ini tidak benar.

Murid : Lalu kenapa mereka seperti itu ustadz?

Ustadz : Sebagian mereka tidak bisa membingkai perkara ini dan sebagian lainnya karena hawa nafsu atau syahwat.

Kebodohan yang menjadi udzur adalah seperti orang yang baru masuk Islam atau orang yang tinggal di tempat yang tidak ada transportasi atau informasi sama sekali. Atau dalam perkara yang samar .

Atau pelakunya gila, atau tidak sadar, atau anak kecil yang belum berakal. Tapi yang terakhir ini sebenarnya diluar pembahasan.

Oleh karena itu Syaikh Al Fauzan menasihati : Berdakwah saja, jangan sibukkan dengan masalah ini!

Iya karena dengan berdakwah sebenarnya kamu tidak mengudzur mereka.

Kamu ingin orang lain tahu seperti kamu tahu.

Kamu sedih ketika kamu melihat saudaramu gak shalat.

Kamu gembira ketika kamu dengar fulan dan fulan sudah bertaubat.

Sampai kadar ini kamu tidak berdalih dengan udzur bil jahl. Tapi kenapa dalam perkara yang lebih jelas dan gamblang, perkara tauhid kamu jadi kehilangan pijakan?!

Ya Allah bukakanlah hidayah Mu kepada muslimin!

*Dialog ini bukan rekayasa, kami hanya menyusun ulang.

Oleh: Ust. Jafar Salih

Postingan terkait:

Belum ada tanggapan untuk "[Edisi Stimulasi] Sebelum memulai kajian, seorang ustadz bertanya kepada muridnya."

Catat Ulasan