Pada prinsipnya, mendukung dakwah adalah untuk menambah hasanat kita sendiri. Semakin banyak dakwah yang kita dukung, kelak semakin banyak hasanat kita pada hari kiamat. Kian tersebar manfaat dan banyak orang yang kembali kepada jalan yang benar melalui dakwah yang kita dukung itu, kian berderet catatan kebaikan kita kelak, selama kita ikhlas menjalaninya.
Pada prinsipnya pula, semua kegiatan dakwah harus kita dukung. Walaupun bentuk dukungannya bisa beragam dan tidak selalu sama. Ada yang kita dukung dengan harta, ada yang dengan tenaga, ada yang dengan pikiran, ada yang dengan ucapan, ada yang dengan doa, atau ada juga yang sekedar dengan cinta dalam hati. Memilah-milah dukungan menunjukkan adanya keterlibatan emosi negatif dalam diri. Hanya mendukung dai tertentu, person tertentu, media tertentu, yayasan tertentu atau kelompok pengajian tertentu merupakan gejala tidak baik yang seharusnya dilawan dan disingkirkan. Dari gejala inilah sebenarnya fenomena hizbiyyah muncul.
Masalah dukung mendukung ini erat kaitannya dengan al wala wal baro dalam permasalahan akidah, dimana saat ini, kaum muslimin terjatuh pada dua kekeliruan yang bersebrangan. Sebagian orang berlebihan dalam al wala dan sebagian lagi justru berlebihan dalam al baro. Masing-masing dari mereka telah terjatuh pada dua kutub penyimpangan.
Bagaimana jika dakwah itu dilakukan oleh orang yang memiliki beberapa 'catatan'? Jawabannya, seperti yang dijelaskan para ulama (diantaranya Syaikhul Islam Ibnu Taimiah) al wala dan al baro itu tidak bersifat hitam-putih. Ada diantara manusia yang kita berikan al wala sesuai kebaikannya, namun kita berikan al baro sesuai dengan kesalahannya. Adil dan inshof harus tetap ditegakkan. Apalagi jika orang tersebut dikenal memiliki jasa dan kebaikan yang jauh lebih banyak dari kesalahannya. Inilah manhaj para ulama. Al Imam Ibnu Rajab berkata, "Orang yang adil itu adalah orang yang mampu mengubur kesalahan seseorang dengan kebaikannya yang lebih banyak."
Jika Allah pada hari kiamat nanti saja berlaku adil dalam menimbang kebaikan dan dosa hamba-hamba-Nya, tidakkah kita berlaku adil kepada sesama?
Di sisi lain, tantangan dakwah semakin banyak dan beragam. Efouria semakin membludaknya jamaah kajian di masjid dan berbagai tempat hendaknya tidak membuat kita terlena dengan tantangan-tantangan itu. Kekuatan para pengusung kebatilan masih jauh lebih banyak dibandingkan dengan para pengusung kebaikan. Orang-orang yang memerlukan sentuhan dakwah ini masih jauh membludak dari jumlah jamaah yang rutin menghadiri majlis taklim. Oleh karena itu, kita sangat perlu untuk tetap waspada, merapatkan barisan dan saling mendukung dalam dakwah mubarakah ini. Wallahu a'lam.
Oleh: Ustadz Abu Khaleed
Belum ada tanggapan untuk "Mari Mendukung Dakwah"
Catat Ulasan