Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam Meninggalkan Kota Makkah

13 Tahun lamanya Nabi shallallahu alaihi wa sallam berdakwah di kota Makkah, kota paling utama di muka bumi.

Darah beberapa sahabat beliau ditumpahkan dengan cara cara keji oleh orang orang musyrikin quraisy. Sahabat Yasir, Sumayyah, dan lainnya dibunuh dengan cara cara keji.

Bilal bin Rabah, Khabbab bin Al Arat, Ammar bin Yasir, Dan lainnya disiksa dengan cara cara yang sangat kejam.

Berbagai perilaku, intimidasi, penghinaan, pelecehan dan permusuhan dilakukan oleh Quraisy. Dan masih banyak lagi kejadian besar selama beliau berdakwah di kota Makkah.

Berbagai kejadian itu disikapi dengan tenang dan penuh perhitungan, dan tentunya semua itu atas bimbingan wahyu ilahi.

Diantara alasan beliau memilih sikap menahan diri ialah belum adanya kekuatan yang cukup untuk melawan apalagi menundukkan kekuatan musuh.

Dengan segala kesabarandan keyakinan beliau berhijrah meninggalkan kota paling mulia di muka bumi yaitu Makkah beserta Ka'bah dikuasai oleh orang orang kafir.

Beliah lebih memilih untuk mempertahankan keselamatan hidup sahabat sahabatnya dengan cara mengizinkan kepada mereka untuk berhijrah ke Etiopia, dan selanjutnya ke Madinah daripada melakukan perlawanan sebelum terwujudnya persiapan dan kekuatan yang matang dan mumpuni.

Semua itu beliau lakukan walau emosi dan amarah para sahabat kepada orang orang Quraisy seakan tidak terbendungkan lagi, sebagaimana yang tergambar pada pengakuan sahabat Khabbab bin Al Arat berikut:

Kami mengadu kepada Rasulillah shallallahu alaihi wa sallam yang kala itu sedang berbaring dibawah naungan Ka'abah, berbantalkan bajunya. Kami berkata kepada beliau:

أَلاَ تَسْتَنْصِرُ لَنَا، أَلاَ تَدْعُو اللَّهَ لَنَا؟

Mengapa engkau tidak memohonkan pertolongan bagi kami? Mengapa engkau tidak berdoa kepada Allah untuk kami?

Menanggapi pertanyaan ini, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

: «كَانَ الرَّجُلُ فِيمَنْ قَبْلَكُمْ يُحْفَرُ لَهُ فِي الأَرْضِ، فَيُجْعَلُ فِيهِ، فَيُجَاءُ بِالْمِنْشَارِ فَيُوضَعُ عَلَى رَأْسِهِ فَيُشَقُّ بِاثْنَتَيْنِ، وَمَا يَصُدُّهُ ذَلِكَ عَنْ دِينِهِ، وَيُمْشَطُ بِأَمْشَاطِ الحَدِيدِ مَا دُونَ لَحْمِهِ مِنْ عَظْمٍ أَوْ عَصَبٍ، وَمَا يَصُدُّهُ ذَلِكَ عَنْ دِينِهِ، وَاللَّهِ لَيُتِمَّنَّ هَذَا الأَمْرَ، حَتَّى يَسِيرَ الرَّاكِبُ مِنْ صَنْعَاءَ إِلَى حَضْرَمَوْتَ، لاَ يَخَافُ إِلَّا اللَّهَ، أَوِ الذِّئْبَ عَلَى غَنَمِهِ، وَلَكِنَّكُمْ تَسْتَعْجِلُونَ»

Dahulu pada ummat sebelum kalian, ada seseorang yang ditanam di tanah, lalu digergaji kepalanya hingga terbelah menjadi dua bagian, walau demikian, siksaan itu tidak mampu memalingkannya dari agamanya.

Ada pula orang yang kepalanya disisir dengan sisir besi, sehingga kulit dan urat uratnya terpisah dari tengkoraknya, walau demikian, siksaan itu tidak mampu memalingkannya dari agamanya.

Sungguh demi Allah, Ia pastilah menyempurnakan agama ini, hingga akan ada orang yang seorang diri bepergian dari kota San'a hingga ke Hadramaut, tanpa ada yang ia tukti selain Allah dan selain serigala yang mengancam domba dombanya. Namun sayang sekali kalian adalah orang orang yang tergesa gesa. ( Bukhari)

Menurut saudara, ketika Nabi shallallahu alaihi wa sallam menganjurkan para sahabat yang telah disiksa oleh Quraisy untuk bersabar, apakah beliau tidak berempati dengan penderitaan sahabatnya?

Menurut hemat saudara, mungkinkah Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersikap lemah dan kehilangan semangat juang dan pengorbanan demi ummatnya?

Sobat! Inilah hikmah dan kearifan sikap yang beliau contohkan di saat dalam kondisi lemah sedangkan musuh dalam kondisi kuat.

Beliau terus tegar pada jalur perjuangan yang benar yaitu membangun keyakinan/ iman kepada agama dan janji Allah dan menguatkan kesabaran para sahabatnya, karena kedua hal ini; IMAN DAN KESABARAN adalah modal utama sekaligus kekuatan utama untuk mengalahkan musuh.

Simak firman Allah Ta'ala berikut:

وَجَعَلْنَا مِنْهُمْ أَئِمَّةً يَهْدُونَ بِأَمْرِنَا لَمَّا صَبَرُوا وَكَانُوا بِآيَاتِنَا يُوقِنُونَ

Dan Kami jadikan mereka sebagai pemimpin pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami, berkat kesabaran mereka dan mereka beriman/percaya dengan ayat ayat Kami. ( As Sajdah 24)

Sobat! Bila anda peduli dengan keterpurukan ummat Islam, maka mari kita bersama sama mengasah iman kita dan iman ummat kita, sebagaimana kita juga bersama sama menguatkan kesabaran atau ketabahan ummat kita agar tidak emosional dalam menghadapi setiap tahap perjuangan yang kita lalui.

Selamat berjuang.

Oleh: Ustadz Dr Muhammad Arifin Badri

Postingan terkait:

Belum ada tanggapan untuk "Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam Meninggalkan Kota Makkah"

Catat Ulasan