Terungkapnya Sebuah Fakta Besar

Ringkasan : Keberadaan fatwa vonis kafir yang terakhir dari Syaikh Muhammad bin Ibrahim Ali Syaikh yang mensyaratkan istihlal (menganggap boleh) berhukum kepada undang-undang buatan ini, telah dinukil oleh Syaikh Ali Hasan Al-Halaby di tahun 1407 H/1987 M.

Kemudian beliau nukil lagi dalam kitab-kitab beliau yang lain diantaranya di kitab At-Tahdzir Min Fitnatit Takfir, yang karena merinci hukum ini, maka kitab ini ditahdzir oleh Lajnah Daimah pada tahun 2002. Dan diantara anggota Lajnah kala itu adalah Syaikh Shalih Al-Fauzan.

Dan sekarang pada tahun 2016 di kitab At-Tahrir Fi Bayan Ahkamit Takfir hal. 252, Syaikh Fauzan mengakui bahwa Syaikh Muhammad bin Ibrahim merinci hukum orang yang berhukum pada undang-undang buatan. Allahuakbar

Semoga Allah senantiasa menjaga Syaikh Shalih Al-Fauzan dan Syaikh Ali Hasan Al-Halabi serta mengokohkan beliau berdua di atas kebenaran meski para pengikut hawa nafsu tidak menyukainya. Wallahu a’lam.

Berikut redaksi tulisan oleh Syaikh Ali Hasan Al-halaby yang kami terjemahkan secara bebas dari situs kulalsalafiyeen :

Diantara bentuk kemusykilan dalam ilmu dan manhaj yang banyak tersebar dikalangan para pemuda muslim secara umum, dan di dalam cara berfikir mereka secara khusus adalah :

Kemusykilan seputar masalah ‘Berhukum dengan selain hukum Allah’ dan ‘Berhukum kepada undang-undang buatan’.

Yaitu dengan menerbitkan hukum/vonis kafir secara mutlak dalam kasus ini dengan tanpa disertai rincian ilmiyyah dan tanpa melihat kondisi realita lapangan. Hal ini diantara sebab munculnya fitnah diantara para pemuda, lebih-lebih lagi dengan dilontarkannya tuduhan khawarij di satu waktu, dan tuduhan irja’ di waktu yang lain.

Dan adalah mayoritas vonis kafir tadi terbangun diatas pemahaman terhadap kitab “Tahkimul Qawanin” yang merupakan karya tulis Al-’Allamah Asy-Syaikh Muhammad bin Ibrahim Ali Syaikh -semoga Allah senantiasa merahmati beliau-.

Meski murid agung Syaikh Muhammad bin Ibrahim Ali Syaikh, yaitu Syaikh kami Samahatusy Syaikh Ibnu Baz telah menyelisihi fatwa guru beliau ini, sebagaimana telah diketahui dengan mutawatir dan pasti. Namun penyebaran vonis kafir dengan membawa-bawa fatwa ini masih saja berlangsung, dan justru pendapat ini yang di gencarkan oleh banyak orang.

Sehingga mengakibatkan munculnya kerusakan yang hanya Allah saja yang mengetahuinya, dan tak ada yang mampu memperkirakan kerusakan ini melainkan para pemilik akal dan pemilik keutamaan dari kalangan para ulama’.

Ini semua kita sampaikan dengan tetap mengingat akan keberadaan fatwa lain dari Syaikh Muhammad bin Ibrahim yang lebih jelas dan lebih gamblang serta lebih terang. Fatwa ini beliau tulis lima tahun secara meyakinakan dan pasti setelah kemunculan kitab Tahkimul Qawanin.

Dan aku telah memperingatkan akan keberadaan fatwa beliau yang terakhir ini, dan aku menukilkan tidak hanya sekali di beberapa kitab dan karya tulisku yang membantah pemikiran takfiri. Penukilan yang pertama itu terjadi di tahun 1407 H/1987 M, hingga hari ini kitab tentang bantahan pemikiran takfir ini mencapai tiga puluh judul -segala puji bagi Allah-.

Hal ini dilakukan pula oleh sebagian pemilik keutamaan seperti Syaikh Khalid Al-Anbari di beberapa karya ilmiyyah beliau dalam membantah sikap extrim di dalam mengkafirkan.

Inilah teks redaksi perkataan Syaikh Muhammad bin ibrahim Ali Syaikh di majmu fatawa beliau : 1/80 tentang perkataan terakhir beliau yang tadi kami isyaratkan di atas, beliau berkata :

تحكيم شريعته، والتقيد بها، ونبذ ما خالفها من القوانين والأوضاع، وسائر الأشياء التي ما أنزل الله من سلطان، والتي:

*مَن حكم بها ،أو حاكم إليها:معتقداً صحّةَ ذلك وجوازَه؛ هو كافرٌ الكفر الناقل عن الملّة.

*فإنْ فعل ذلك بدون اعتقاد ذلك وجوازه؛فهو كافرٌ الكفر العمليَّ الذي لا ينقلُ عن الملة

“Berhukum kepada syariat, keterikatan dengannya serta menghabisi apa yang menyelisihi syariat berupa undang-undang buatan, dan semua hal yang tidak Allah turunkan dalilnya yang mana :

  • Orang yang berhukum dengan undang-undang buatan ini dengan meyakini bolehnya hal tersebut maka ia kafir murtad dari agama islam.
  • Dan jika ia melakukan hal tersebut di atas dengan tanpa ada keyakinan bolehnya undang-undang buatan tersebut, maka ia kafir dengan kekafiran amali yang tidak mengeluarkan dia dari agama islam”.

Dan perkataan ini murni sebuah kebenaran insya’Allah. Dan nukilan fatwa terakhir ini telah dinukil oleh DR. Isham As-Sinani -semoga Allah menambahkan taufik bagi beliau- di dalam kitab beliau ‘At-Tahrir Fi Bayan Ahkamit Takfir’ di halaman : 252 yang dicetak di tahun ini 1437 H/ 2016 M dengan diberi pengantar oleh Ma’alisy Syaikh Shalih Al-Fauzan -semoga Allah meluruskan beliau menuju kepada tambahan petunjuk-

Dan beliau memberikan komentar di bagian footnote terhadap fatwa terakhir yang lebih jelas dan gamblang ini, beliau bandingkan dengan fatwa yang ada di kitab ‘Tahkimul Qawanin’, beliau berkata;

وكلامه الأول محمولٌ على هذا

“Perkataan beliau (Syaikh Muhammad bin Ibrahim-pent) yang pertama (yang ada di kitab Tahkimul Qawanin-pent) dibawa kepada perkataan beliau yang terakhir ini”.

Perkataan ini ringkas namun sangat berharga sekali dari beliau Ma’alisy Syaikh Shalih Al-Fauzan -semoga Allah membalas beliau dengan kebaikan-.

Dan perkataan ini -segala puji bagi Allah- menghabisi kebanyakan kesalahan tidak ilmiyyah yang banyak menyebar, demikian pula perkataan ini menjadi benteng dari berbagai macam tuduhan serta cacian dengan julukan-julukan buruk yang banyak terjadi di banyak kelompok para pemuda islam di sini, di situ dan di sana yang menyebar dengan tanpa kendali.

Maka, semoga Allah bersyukur kepada engkau wahai Fadhilatusy Syaikh Shalih Al-Fauzan dan semoga Allah memberikan taufik kepada engkau untuk senantiasa menolong kebenaran dan berdakwah mengajak manusia menuju kepadanya.

Dialihbahasakan secara bebas oleh abul aswad al bayaty dari artikel di tautan berikut : http://kulalsalafiyeen.com/vb/showthread.php?t=68783

Oleh: Abul Aswad Al Bayaty

Yogyakarta,
Kamis, 6 rajab 1437 H/ 14 april 2016

Postingan terkait:

Belum ada tanggapan untuk "Terungkapnya Sebuah Fakta Besar"

Catat Ulasan