Dari Dekapan Bidadari Dunia Ke Pelukan Bidadari Akhirat

Kata orang: Hidup di dunia ini memang serba susah, gini salah gitu salah. Mereka bilang: Punya uang masalah bahkan pusing, bingung nyimpan dan menginvestasikannya. Ndak punya uang juga buat kepala puyeng.

Memiliki kendaraan bermasalah tidak memiliki kendaraan juga bermasalah.

Punya istri cantik, seakan nyepake tanggane ( nyiapkan untuk tetangga). Punya suami guanteng juga repot, makan hati; karena sering jadi godaan banyak wanita. Namun punya istri atau suami jelek juga susah, gini masalah, gitupun masalah, repot.

Aisyah radhiallahu anha mengisahkan: suatu malam Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam secara diam diam keluar dari rumahku dan meninggalkanku seorang diri di tempat tidur. Kepergian beliau ini menjadikan aku merasa cemburu. Sekembalinya beliau dari luar rumah, beliau memahami sikapku yang sedang hanyut dalam rasa cemburu. Segera beliau bertanya kepadaku: apakah engkau sedang ditimpa rasa cemburu?

Mendapat pertanyaan seperti ini, Aisyah menjawab:

وما لي لا يغار مثلي على مثلك؟

Mana mungkin wanita seperti aku tidak terus ditimpa rasa cemburu karena memiliki suami seperti engkau (suami idaman setiap wanita)? Riwayat Muslim

Pada kisah lain, suatu hari Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam pulang ke rumah Aisyah radhiallahu anha seusai mengiringi jenazah ke kuburan Baqi'. Kala itu Aisyah sedang mengeluhkan rasa pening di kepalanya, sehingga Aisyah berkata kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam: aduh, peningnya kepalaku. Namun ternyata Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam juga mengeluhkan hal yang sama dan bersabda: aku juga merasakan pening di kepalaku. Selanjutnya beliau seakan ingin mencairkan suasana, dan mencandai istrinya dengan bersaba:


«ما ضرك لو مت قبلي، فغسلتك وكفنتك، ثم صليت عليك، ودفنتك؟»

Apa salahnya bila engkau meninggal duluan sebelumku, maka aku sendirilah yang akan memandikanmu, lalu mengkafanimu, selanjutkan menyolatimu, dan aku pula yang akan menguburkanmu".

Mendengar candaan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam ini, Aisyah berkata:

لكأني بك، والله لو فعلت ذلك لقد رجعت إلى بيتي فأعرست فيه ببعض نسائك،

Sungguh aku mengira, bila hal itu terjadi, maka aku sudah bisa bayangkan bahwa sepulangmu ke rumahku dari menguburkanku niscaya engkau segera bersenang senang dengan sebagian istrimu yang lainnya di rumahku ini.

Mendengar jawaban Aisyah ini, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam tersenyum-senyum. (Ahmad dan lainnya)

Demikianlah sobatku, memiliki suami seperti Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam adalah satu kebahagiaan dan kebanggaan. Namun dari sisi lain, membutuhkan jiwa besar dan lapang dada, karena ternyata istri istri beliau sering dirundung kekawatiran (kecemburuan) kalau kalau suaminya diambil orang, alias menikah lagi dengan wanita lainnya.

Betapa bahagianya Aisyah Radhiallahu Anha yang telah mendapat karunia menjadi salah satu istri Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dan bahkan menjadi istri beliau yang paling beliau cintai, sampai sampai tatkala beliau meninggal dunia, beliau menghembuskan nafas akhirnya di pangkuan dan pelukan Aisyah radhiallahu anha.

'Aisyah radhiallahu 'anha mengisahkan kejadian romantis ini dengan berkata:

أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تُوُفِّيَ فِي بَيْتِي، وَفِي يَوْمِي، وَبَيْنَ سَحْرِي وَنَحْرِي، وَأَنَّ اللَّهَ جَمَعَ بَيْنَ رِيقِي وَرِيقِهِ عِنْدَ مَوْتِهِ: دَخَلَ عَلَيَّ عَبْدُ الرَّحْمَنِ، وَبِيَدِهِ السِّوَاكُ، وَأَنَا مُسْنِدَةٌ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَرَأَيْتُهُ يَنْظُرُ إِلَيْهِ، وَعَرَفْتُ أَنَّهُ يُحِبُّ السِّوَاكَ، فَقُلْتُ: آخُذُهُ لَكَ؟ فَأَشَارَ بِرَأْسِهِ: «أَنْ نَعَمْ» فَتَنَاوَلْتُهُ، فَاشْتَدَّ عَلَيْهِ، وَقُلْتُ: أُلَيِّنُهُ لَكَ؟ فَأَشَارَ بِرَأْسِهِ: «أَنْ نَعَمْ» فَلَيَّنْتُهُ، فَأَمَرَّهُ،

Tatkala Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam meninggal dunia, beliau sedang berada di dalam rumahku, pada hari giliranku, di dalam pelukanku, aku medekap beliau dengan dada dan leherku. Dan di mulut beliau sungguh demi Allah telah bercampur air liurku bersama air liur beliau. Ketika saudaraku Abdurrahman masuk ke rumahku, dan di tangannya terselip sebatang kayu siwak, dan aku sedang menyandarkan tubuh Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam ke dadaku, aku melihat beliau memandangi kayu siwak yang ada di tangan Abdurrahman, sehingga aku paham bahwa beliau menginginkan siwak tersebut. Segera aku bertanya kepada beliau: aku mintakan siwat itu untukmu? Beliau menaganggukkan kepalanya sebagai pertanda beliau benar benar menginginkannya. Segera aku mengambilnya dari tangan Abdurrahman dan akunserahkan kepada beliau, namun ternyata kayu siwak itu terasa keras bagi beliau.msegera aku bertanya kepada beliau: apakah engkau mau aku lunakkan terlebih dahulu kayu siwak itu? Kembali beliau mengangguk setuju. Akupun segera melunakkan kayu siwak itu dengan gigiku, setelah lunak aku berikan kepada belu dan beliau menggosok giginya dengan kayu siwak itu.

Pada riwayat lain ' Aisyah berkata :

فَجَمَعَ اللَّهُ بَيْنَ رِيقِي وَرِيقِهِ فِي آخِرِ يَوْمٍ مِنَ الدُّنْيَا، وَأَوَّلِ يَوْمٍ مِنَ الآخِرَةِ

Dengan demikian, Allah menyatukan air liurku dengan air liur beliau pada hari terakhir beliau di dunia dan hari pertama beliau di alam akhirat. (Bukhari dan Muslim)

Romantis sekali, bidadari dunia menghantar suami tercinta ke pelukan bidadari akhirat dari pangkuannya. Ya Allah, karuniakan hamba-Mu ini keharmonisan dalam rumah tangga seperti yang Engkau karuniakan kepada Nabi-Mu shallallahu alaihi wa sallam bersama istri beliau tercinta 'Aisyah radhiallahu 'anha. Amiin

Dan semoga Allah Ta'ala membinasakan orang orang yang membenci ' Aisyah radhiallahu anha.

Oleh: Ustadz Dr Muhammad Arifin Badri

Postingan terkait:

Belum ada tanggapan untuk "Dari Dekapan Bidadari Dunia Ke Pelukan Bidadari Akhirat"

Catat Ulasan