Nonton Kereta Lewat

Masyarakat; tua muda, pria dan wanita, berkerumun di sekitar stasiun kereta api, terutama di sore dan pagi hari. Satu Pemandangan yang sering saya lihat langsung di saat safar mengendarai kereta api. Awal mulanya, saya mengira mereka adalah calon penumpang atau paling kurang mengantar kerabat atau sahabat yang hendak bepergian.

Lama lama, saya mengetahui bahwa banyak dari mereka hanyalah penonton yang melihat orang lain bepergian dan datang dari safar. Nampaknya, bagi banyak dari mereka, kegiatan ini adalah kegiatan rutin dan menyenangkan sehingga dilakukan di setiap pagi dan sore.

Sobat! Jujur saja, sering saya balik menonton dan memperhatikan gerak gerik mereka yang berada di luar gerbong kereta. Hanya saja bedanya saya menonton mereka dengan sedikit rasa heran; apa mereka tidak lagi punya pekerjaan yang bermanfaat? Apa untung mereka dari nonton kereta lewat? Apa tidak jenuh, padahal setiap pagi sore kereta melintas di sekitar perkampungan mereka?

Namun, setelah berpikir dan merenung, akhirnya saya mawas diri. Oooo, mereka seperti saya juga, sama sama lagi tidakmpunya kerjaan. Saya di dalam kereta juga lagi berjuang melawan rasa jenuh duduk, dan terkungkung dalam gerbong. Sedangkan mereka mungkin juga lagi mengobati rasa jenuh di rumah terus.

Nampaknya, setiap perilaku semacam ini sering kita lakukan, asal beraktifitas, sekedar untuk mengusir kejenuhan, walaupun tidak mendapatkan keuntungan lainnya. Padahal terlalu banyak kegiatan bermanfaat yang dapat kita lakukan, semisal : bertasbih, berdzikir, membaca dll.

Sikap itu, menjadi cermin bahwa ternyata selama ini kita, belum mampu menjadi ummat Islam yang baik. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

مِنْ حُسْنِ إِسْلَامِ الْمَرْءِ تَرْكُهُ مَا لَا يَعْنِيهِ»

Diantara indikasi baiknya keislaman seseorang ialah bila ia mampu meninggalkan segala hal yang tiada berguna baginya. (Malik, Ahmad dll)

Oleh: Ustadz Dr Muhammad Arifin Badri

Postingan terkait: