Sobat! Ziarah kuburan adalah satu amal ibadah yang dianjurkan untuk kita amalkan. Bahkan Nabi shallallahu alaihi wa sallam begitu menekankan agar kita menziarahi kuburan.
Ziarah kuburan menjadi kita memiliki keseimbangan antara semangat membangun kehidupan dunia dengan tuntutan iman kepada hari akhir.
Setelah berlari kencang mengejar kehidupan dunia, maka semua itu sekejap menjadi sirna karena anda teringat akan kematian. Dengan demikian, anda terlindungi dari badai dan kemilau kehidupan dunia yang begitu menggiurkan, dan terwujudkan keseimbangan antara dunia dan akhirat.
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
زوروا القبور فإنها تذكركم الموت
Berziarahlah kalian ke kuburan, karena ziarah kubur mengingatkan kalian akan kematian.( An Nasai dan lainnya)
Inilah tujuan utama dari berizrah kuburan, agar anda ingat bahwa suatu saat nanti, cepat atau lambat anda pasti menjadi salah satu penghuninya. Karena itu ketika menziarahi kuburan anda diajarkan untuk mengucapkan :
«السلام عليكم دار قوم مؤمنين، وإنا إن شاء الله بكم لاحقون
Salam sejahtera teruntuk kalian wahai penghuni negri, yaitu orang orang yang beriman, dan sejatinya kami dengan izin Allah pasti segera menyusul kalian. (Muslim)
Namun demikian, saat ini sangat disayangkan betapa banyak dari ummat Islam yang berziarah bukan semakin ingat akan kematian, akan tetapi semakin hanyut dalam ambisi kehidupan dunia.
Betapa tidak, dari mereka ada yang berzirah ke kuburan karena mengharapkan agar usahanya sukses. Ada pula yang berharap agar lulus ujian, atau diterima sebagai PNS, atau hartanya melimpah, tanamannya selamat dari serangan hama atau tujuan serupa lainnya. Akibatnya setiba mereka di kuburan bukannya meneteskan air mata karena teringat mati, namun mereka meneteskan air mata karena kawatir usahanya gagal, lamarannya ditolak, tanamannya diserang hama atau nilai ujiannya buruk.
Mereka keluar dari kuburan bukan semakin ingat akan kematian, namun sebaliknya semakin berambisi mengejar dunia. Inna lillahi wa inna ilaihi rajiun
Sobat, semoga anda tidak termasuk orang orang yang semacam itu. Amiin.
By: Ustadz Dr Muhammad Arifin Badri