Sobat, saya yakin anda pernah jalan jalan bersama istri atau suami anda, atau barang kali kedua orang tua atau mungkin pula teman.
Tentu acara berjalan bersama akan terasa nyaman dan mengasyikkan bila ada sikap saling memahami dan toleransi.
Sebagai contoh: di saat teman anda merasa mulas / sakit perut maka anda dituntut pengertian, yaitu dengan mengizinkannya pergi ke toilet. Anda membiarkannya menyelesaikan urusannya, tanpa anda mengganggunya.
Kebersamaan atau toleransi bukan berarti anda turut serta masuk ke toilet, ikut ikutan jongkok di toilet karena anda ingin menunjukkan sikap solidaritas atau empati dengannya.
Sobat, kira kira apa yang anda lakukan bila ada teman anda yang ingin toleransi atau empati kepada anda dengan cara turut serta masuk ke toilet bersama anda dan ikut ikutan jongkok bersama anda?
Gambaran ini adalah ilustrasi sederhana tentang toleransi beragama yang seharusnya dilakukan oleh ummat Islam kepada tetangga atau teman yang berbeda agama.
Bila anda memiliki tetangga atau teman nasrani, maka biarkan ia merayakan hari besar mereka tanpa perlu anda mengusiknya. Namun tinggalkan segala kegiatan agamanya, karena menurut syariat islam, segala praktek ibadah mereka adalah menyimpang dari ajaran Islam alias bentuk kekufuran.
Satu kesalahan besar bila anda turut serta merayakan atau meramaikan perayaan mereka. Sebagaimana salah besar bila anda turut serta masuk ke toilet bersama teman anda.
Demikianlah salah satu pelajaran yang mungkin dapat kita petik dari ayat 8-9 surat Al Mumtahanah.
By: Ustadz Dr Muhammad Arifin Badri