Berbicara tentang suap atau korupsi seakan memperdalam luka dan nestapa bagi rakyat indonesia. Korupsi telah menjadi budaya dan tradisi . Suap juga telah menjadi aturan tak tertulis di negri tercinta ini.
Walau demikian, asa tetap ada dan harapan tetap berkobar bahwa suatu saat nanti negri kita akan dipimpin oleh orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir, dan meneladani sunnah Nabi shallallahu alaihi wa sallam seutuhnya tanpa ditambah atau dikurangi.
Semoga kisah pendek berikut menjadi inspirasi bagi saudaraku sekalian untuk bisa bersikap adil dan jujur.
Sahabat Abdullah bin Rawahah radhiallahu anhu diutus oleh Nabi shallallahu alaihi wa sallam untuk menaksir kewajiban upeti/kharaj yang harus dibayarkan oleh kaum Yahudi negri Khaibar.
Setelah menaksir kewajiban upeti yang harus mereka bayarkan, pemuka-pemuka Yahudi Khaibar menawarkan uang suap kepadanya agar sedikit mengurangi kewajiban kharaj yang harus mereka tunaikan.
Mendapat tawaran ini, bukannya beliau senang, namun sebaliknya beliau marah besar dan berkata:
يَا أَعْدَاءَ اللَّهِ أَتُطْعِمُونِي السُّحْتَ، وَاللَّهِ لَقَدْ جِئْتُكُمْ مِنْ عِنْدِ أحب الناس إلي وَلَأَنْتُمْ أَبْغَضُ إَلَيَّ، مِنْ عِدَّتِكُمْ مِنَ الْقِرَدَةِ وَالْخَنَازِيرِ، وَلَا يَحْمِلُنِي بُغْضِي إِيَّاكُمْ وَحُبِّي إِيَّاهُ عَلَى أَنْ لَا أَعْدِلَ عَلَيْكُمْ،
Wahai musuh-musuh Allah! Apakah kalian akan memberiku harta haram?
Sungguh aku adalah utusan orang yang paling aku cintai. Sedangkan kalian adalah orang yang paling aku benci, lebih aku benci dibanding perkumpulan kera dan babi sebanyak kalian.
Walau demikian, kebencianku kepada kalian dan cintaku kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam tidak menjadikan aku berbuat curang kepada kalian.
Mendengar jawaban ini, kaum Yahudi berkata: dengan sikap seperti inilah langit dan bumi dapat tegak. (Imam Malik, ahmad, Ibnu Hibban dan lainnya)
By: Ustadz Dr Muhammad Arifin Badri